Awal 2021, RSUP Sanglah Berhasil Lakukan Operasi Bentall Pertama di Bali

Dokter Bedah Toraks dan Kardiovaskular RSUP Sanglah Dr dr I Nyoman Semadi SpB SpBTKV(K) (pertama kiri), Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang, dr Ketut Ariawati (kedua kiri), dr I Komang Adhi Parama Harta Sp BTK (ketiga) dan dr I Wayan Sudarma Sp BTKV (kanan) saat memberikan keterangan operasi bentall di RSUP Sanglah.

DENPASAR | patrolipost.com – Awal tahun 2021, RSUP Sanglah berhasil melakukan operasi bentall yang merupakan salah satu operasi dengan tingkat kesulitan yang tinggi dalam bidang bedah toraks, kardiak dan vaskular serta operasi pertama kali dan belum pernah dilakukan sebelumnya di Bali. Operasi ini dilakukan terhadap seorang Warga Negara Asing (WNA) laki-laki asal Belanda berusia 59 tahun, yang sangat mempercayai RSUP Sanglah menangani operasi yang sulit ini.

Dokter Bedah Toraks dan Kardiovaskular RSUP Sanglah Dr dr I Nyoman Semadi SpB SpBTKV(K) sekaligus ketua tim operasi bentall didampingi timnya, yakni dr I Wayan Sudarma Sp BTKV dan dr I Komang Adhi Parama Harta Sp BTK menyampaikan bahwa di masa pandemi ini RSUP Sanglah berhasil melakukan operasi besar, sulit dan pertama kali dilakukan di Bali. Operasi jantung ini disebut operasi bentall,  pertama kali digelar pada 5 Januari 2021 lalu di Bali.

Bacaan Lainnya

“Operasi berlangsung selama 5 jam dan dikategorikan tindakan yang cukup cepat untuk operasi yang tergolong besar dengan jumlah dokter yang menangani ada 15 orang dalam tim,” kata dokter Semadi, Jumat (15/1/2021) kemarin.

Lebih lanjut, dokter Semadi memaparkan bahwa operasi bentall ini dilakukan untuk pasien yang mengalami kelainan pada katup aorta disertai adanya dilatasi atau anurisma pada aorta asendens. Sementara kasus yang ditangani dalam operasi kali ini adalah kasus yang mengalami kelainan dengan aortic atau katup aorta dan aorta asendens. Adapun operasi bentall yang dilakukan ini, RSUP Sanglah bekerja sama dengan RS Harapan Kita guna melakukan upaya-upaya diagnostik dan tindakan.

“Ini satu kasus yang memang membutuhkan tindakan berbeda dengan penggantian katup biasa. Jadi ini mengganti katupnya dan juga mengganti aortanya,” terangnya.

Tindakan operasi yang dikerjakan dengan hasil terhadap pasien sampai saat ini baik dan pasien sudah diperbolehkan pulang pada hari ke-9 pasca operasi bentall.

“Sampai saat ini pasien dalam kondisi baik serta sudah diizinkan untuk pulang. Biasanya pasien akan memerlukan waktu yang cukup lama sekitar 2 minggu sampai 1 bulan untuk bisa pulang dari rumah sakit, jadi ini juga tergolong cepat,” tuturnya.

Dokter Semadi mengungkapkan, RSUP Sanglah sebagai rumah sakit rujukan, tidak hanya menangani pasien Covid-19. Selama pandemi Covid-19, RSUP Sanglah juga melakukan operasi jantung lainnya. Adanya pembatasan di masa pandemi ini, jumlah kasusnya dilaporkan menurun sebanyak 21 kasus di tahun 2020 lalu jika dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 52 kasus.

“Di pandemi ini kami mengerjakan operasi jantung kurang lebih jumlahnya 30 persen dari jumlah yang biasanya,” ucapnya.

Menurut dokter Semadi, angka kasus kelainan katup aorta terjadi di Indonesia cukup banyak hingga kasus-kasus yang sampai di meja operasi.

Sementara Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang, dr Ketut Ariawati menjelaskan, operasi bentall ini masih memerlukan pendampingan dari RS Harapan Kita. Rencana setelah dilakukan 5 sampai 6 kali pendampingan, RSUP Sanglah akan melakukan operasi bentall secara mandiri sembari menyiapkan salah satu alat yang diperlukan.

Di masa pandemi ini, rumah sakit juga dituntut untuk tetap memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Sehingga bagi masyarakat ataupun pasien yang ingin berobat di RSUP Sanglah, diimbau agar tidak perlu takut maupun khawatir di situasi seperti saat ini. Hal ini dikarenakan RSUP Sanglah telah menyediakan dua jenis pelayanan yakni pelayanan esensial dan yang menyangkut Covid-19.

“RSUP Sanglah juga membagi wilayahnya, di wilayah sisi kiri ruangan khusus untuk menangani pasien Covid-19. Jadi wilayah itu zona merah dan di wilayah sisi kanan diperuntukkan bagi penanganan pasien non Covid-19 dengan wilayah zona hijau,” jelasnya.

Terkait penanganan Covid-19 di RSUP Sanglah, Kabag Humas RSUP Sanglah, Dewa Ketut Kresna mengatakan bahwa hingga saat ini penanganan di RSUP Sanglah masih tetap ketat menerapkan Prokes maupun penyemprotan disinfektan secara rutin.

“Kita di sini pembagian zona juga telah kita lakukan di berbagai titik di lingkungan RSUP Sanglah, baik itu zona merah, oranye, kuning, dan hijau guna mengantisipasi penularan Covid-19 kepada pengunjung maupun tenaga medis. Jadi, semua sudah kita atur sebaik mungkin untuk kenyamanan dan keamanan bersama,” tandasnya. (cr02)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *