SEMARAPURA | patrolipost.com – Menjelang pelaksanaan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali 2025, para atlet aeromodelling dan drone race di bawah naungan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) meningkatkan intensitas latihan.
Terlebih Klungkung dengan target realistis meraih medali emas, para atlet kini fokus berlatih di dua lokasi, yakni di area Pusat Kebudayaan Bali (PKB) di Gunaksa, Klungkung dan kawasan Renon, Denpasar.
Ketua FASI Klungkung, Made Arya Satya Negara, menjelaskan bahwa program latihan telah disesuaikan dengan regulasi kompetisi, termasuk aspek teknis seperti ukuran pesawat, voltase baterai, jenis dan jumlah cell yang digunakan.
“Kami rutin melakukan latihan dua kali seminggu. Fokusnya adalah tes kecepatan, presisi, serta penguasaan lintasan dalam waktu seefisien mungkin, dalam 10 putaran kami targetkan bisa diselesaikan secepatnya,” ujar Made Arya di lokasi latihan, Minggu (6/4/2025).
Ia menambahkan, setiap pesawat memiliki karakter berbeda tergantung pada spesifikasi teknisnya. Oleh karena itu, atlet dituntut untuk cermat dalam melakukan setting atau penyetelan pesawat sebelum pertandingan.
Salah satu atlet senior, I Nengah Marina mengaku telah bergelut di dunia aeromodelling selama 15 tahun, dengan lima tahun terakhir aktif sebagai atlet kompetitif. Ia mengatakan bahwa olahraga ini membutuhkan kecermatan tinggi dan konsistensi dalam latihan.
“Saya sudah 15 tahun ikut di dunia aeromodelling, lima tahun terakhir aktif sebagai atlet. Untuk bisa bersaing, kita harus pintar menyetel pesawat sesuai regulasi. Karena setiap pesawat beda karakternya,” ujar Marina.
Selain nomor aeromodeling, tim Klungkung juga menargetkan medali emas dari nomor drone racing dan pylon race yang melewati lintasan menantang.
“Tahun ini kami targetkan emas untuk pylon race dan drone race,” ucap Arya optimis.
Namun demikian, regenerasi atlet muda masih menjadi tantangan. FASI Klungkung berharap ada dukungan penuh dari KONI Klungkung agar pembinaan atlet usia muda bisa dimaksimalkan.
“Saat ini kami masih kekurangan atlet muda. Kami berharap ada anggaran dan perhatian dari KONI, agar ke depan makin banyak bibit atlet yang muncul,” ujar Arya.
“Jenis aeromodelling elektrik yang dilombakan ini memang cukup teknis. Bahkan pesawatnya banyak yang custom, seperti jenis chuck glider di atau ‘jeroan’, yang harus disesuaikan dengan regulasi. Semua dipersiapkan oleh atlet masing-masing,” ungkapnya.
Sayangnya, kompetisi resmi berskala besar seperti liga nasional masih jarang digelar. Namun, drone race menjadi alternatif yang rutin dilakukan dan menjadi ajang pemanasan bagi para atlet. (855)