KUPANG | patrolipost.com – Seorang anggota TNI AD Prajurit Dua (Prada) Lucky Cepril Saputra Namo yang bertugas Batalyon Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), tewas diduga akibat dianiaya seniornya di dalam asrama batalyon.
Korban meninggal pada Rabu (6/8/2025) pukul 10.30 WITA setelah menjalani perawatan selama empat hari di Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo, Nagekeo.
Menurut keterangan paman korban, Rafael Davids di rumah duka, korban diduga meninggal akibat dianiaya oleh belasan seniornya di dalam asrama.
“Informasi yang keluarga dapatkan itu korban mengalami penyiksaan oleh anggota seniornya,” ujar Rafael Kamis (7/8/2025).
Dia mengatakan korban dirawat sejak Sabtu (2/8) di ruang Intesive Care Unit (ICU). Tapi pada hari pertama korban dirawat, keluarga tidak mendapat informasi apapun.
“Tanggal 3 Agustus, mamanya berangkat ke Ende karena beberapa hari sebelumnya mendapat mimpi. Saat itu baru diketahui kalau korban sedang menjalani perawatan diduga akibat dianiaya seniornya sendiri dalam asrama,” kata Rafael.
Dia menjelaskan dari keterangan mama kandung korban, sekujur tubuh korban mengalami luka memar dan ada luka bekas sayatan di tubuh bagian belakang. Korban juga mengalami luka memar di rusuk sebelah kiri.
“Kalau keterangan dari mamanya luka memar hampir semua tubuh, termasuk di leher juga ada, terus luka sayatan dan sulutan api,” jelas Rafael.
Terpisah, ayah kandung korban, Serma TNI Kristian Namo kepada wartawan di Bandara El Tari Kupang menegaskan anaknya Prada Lucky Cepril Saputra Namo menjadi korban kekejaman rekan-rekannya sendiri sesama anggota TNI.
“Dia korban penganiayaan, itu jelas. Saya tuntut keadilan,” tegasnya.
Kepala Penerangan Resort Militer 161 Wirasakti, Mayor (Infanteri) I Gusti Komang Surya Negata, mengatakan kasus ini masih diselidiki.
“Untuk sementara dalam penyelidikan di POM (polisi militer). Mohon waktunya,” kata I Gusti Komang.
Sementara itu Dandim 1625 Ngada, Letkol Czi Deny Wahyu Setiyawan, membenarkan kabar Lucky menjadi korban penganiayaan seniornya. Namun, ia tak mengetahui persis kejadian termasuk terduga pelaku penganiayaan itu.
“Betul. Tapi, kejadian dan siapa pelakunya, saya tidak tahu karena itu wewenang batalion,” kata Deny, Rabu malam. (305/cnn)