LABUAN BAJO | patrolipost.com – Empat Perempuan Pengusaha dari Program Nasional BUILD (Bangun Wirausaha Perempuan Berdaya) yang tersebar di Kalimantan, NTT dan NTB, terpilih dan mengikuti Impact Investment Day (IID) 2024, forum yang bertujuan untuk menyediakan ruang bagi para wirausaha sosial untuk mendapatkan akses pendanaan dari investor sehingga mampu mengembangkan rantai bisnis lebih luas.
Impact Investment Day 2024 yang diadakan oleh Environmental Bamboo Foundation & KADIN BPEK menghadirkan ruang untuk mempertemukan pelaku impact drivers (penggerak dampak) seperti perusahaan sosial, organisasi komunitas dan LSM yang berkomitmen pada aksi nyata lingkungan dan sosial dengan para investor yang tertarik pada investasi dalam gerakan ekonomi yang restorative. Yakni ekonomi model baru yang bertujuan memulihkan alam sekaligus mensejahterakan rakyat. Kegiatan ini diselenggarakan di Labuan Bajo, Minggu (8/9/2024).
Selain investor, forum ini juga menjembatani para wirausaha sosial dengan pemangku kepentingan lainnya yakni jaringan filantropi, industri dan para ahli.
Di antara 12 impact drivers yang melakukan presentasi, 4 impact drivers yakni Kalara Borneo (Kuliner), Riles Lestary (Busana), Tenun.In (Busana) dan Timor Moringa (Kuliner) adalah peserta program BUILD.
ANGIN (Angel Investment Network Indonesia) sebagai Knowledge Partner dalam acara ini, memfasilitasi para peserta dalam persiapan Impact Investment Day Pitch & Showcase di Labuan Bajo, 8 September 2024.
Ke 4 peserta ini merupakan peserta yang terpilih dari 10 peserta yang menjalani proses kurasi dalam program Bangun Wirausaha Perempuan Berdaya (BUILD) Tahun 2024. Sebelumnya, terdapat lebih dari 1.000 peserta lainnya yang mendaftar dalam program Nasional BUILD tahun ini.
Adapun ANGIN merupakan sebuah perusahaan yang menjembatani para wirausaha tahap awal di Indonesia dengan para pemilik modal. Selain akses pendanaan, ANGIN juga turut memberikan pendampingan bagi peningkatan dan pengembangan usaha.
Saskia Tjokro selaku Angin Advisory Director menyampaikan BUILD merupakan salah satu program yang memberikan kesempatan perluasan rantai bisnis bagi para wirausaha perempuan di Indonesia.
Sejak dibentuk, salah satu program utama ANGIN adalah melalui program Women Fund, yakni program yang berfokus dalam memberikan dana tahap awal bagi perusahaan sosial Indonesia yang dipimpin oleh perempuan dan bisnis bisnis yang berdampak pada perempuan.
Pendampingan yang diberikan melalui program ini bertujuan agar produk yang dimiliki mampu memenuhi kebutuhan pasar serta mampu melahirkan lebih banyak lagi perempuan wirausaha.
“Ini adalah program dimana kami memberikan bantuan untuk product market fit (produk yang mampu memenuhi kebutuhan pasar) bagi para wirausaha sosial yang ingin dan sedang menginovasikan rantai nilainya untuk mengikutsertakan lebih banyak perempuan. Jadi perempuan pengusaha membantu membangun lebih banyak perempuan pengusaha di level yang lain,” ujar Saskia.
Resmi dijalankan pada 2017 silam ANGIN telah melalui sejumlah perkembangan yang mengerucut pada fokus peningkatkan kemampuan para wirausaha serta pemenuhan kebutuhan finansial. Adapun salah satu komitmen dari ANGIN melalui program BUILD adalah memberikan pendanaan hingga Rp 1,5 miliar bagi 30 wirausaha perempuan yang bergerak di 300 bidang usaha selama 3 tahun yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Program BUILD ini sebenarnya adalah bagian dari 3 tahun program yang sudah berkomitmen untuk memberikan Rp 1,5 miliar kepada 30 wirausaha perempuan yang terkait dengan 300 usaha perempuan seluruh Indonesia dan kami pastikan wilayah-wilayah seperti NTT termasuk,” sebutnya.
Saskia menyebut 4 pelaku wirausaha yang telah terpilih dan telah mempresentasikan ide bisnis kepada calon investor melalui forum Impact Investment Day 2024 merupakan pelaku perempuan pengusaha yang umumnya bergerak di bidang ekonomi kreatif seperti kriya, fashion dan kuliner. Pemilihannya pun kata Saskia telah melalui sejumlah kriteria salah satunya adalah usaha yang telah menghasilkan keuntungan.
Selanjutnya, pelaku usaha terpilih ini nantinya akan mendapatkan peningkatan kapasitas lanjutan dari para mentor yang telah berpengalaman dalam bidangnya serta akses pendanaan.
“Setelah presentasi (Impact Investment Day) mereka akan melakukan peningkatan kapasitas langsung dengan mentor-mentor yang sudah mereka pilihkan sendiri dan ANGIN berikan akses selama setahun, jadi dari sini next stepnya adalah kami akan memberikan dana hibah untuk mereka mengubah Rantai nilai dalam bisnis mereka masing-masing,” sebutnya.
Program dukungan bagi peningkatan kapasitas usaha perempuan yang dilakukan ANGIN mendapatkan apresiasi dari para peserta terpilih, salah satunya dari Direktur Kalara Borneo, Yohana Tamara Yunisa.
Yohana menyebut meski mengalami proses yang panjang pada masa seleksi, namun terpilih menjadi salah satu pelaku usaha dalam Program ANGIN dari ribuan peserta menjadi sebuah kesempatan yang besar dalam mewujudkan cita cita pengembangan usaha yang dimiliki.
“Waktu proses untuk pemilihan dari program BUILD itu memang panjang ya, ada dari proses registrasi kemudian ada wawancara dan sebagainya. Saya mengikuti semua proses dan merasa sangat senang karena kami yang terpilih ini adalah satu persen dari sekian banyak pendaftar yang mendaftar jadi saya merasa sangat beruntung dan sangat bersyukur,” ujarnya.
Kalara Borneo merupakan perusahaan sosial yang fokus kepada hasil hutan bukan kayu dari Pulau Borneo menjadi barang berkualitas tinggi. Kalara bekerja langsung dengan masyarakat adat dan petani setempat untuk mengembangkan potensi hasil hutan bukan kayu dari hutan hujan tropis dan hutan rawa gambut di Kalimantan.
“Kami adalah sebuah usaha sosial dari Pontianak, Kalimantan Barat dimana kami berfokus pada produk hasil tenun bukan kayu dengan bekerjasama dengan petani dan masyarakat adat lokal,” sebutnya.
Hadirnya Kalara disebut menjadi wadah dalam menciptakan produk hilir yang bernilai tambah dalam rantai pasok hulu-hilir. Kalara telah meluncurkan beberapa produk autentik yang memungkinkan konsumen untuk menjelajahi cita rasa eksotis dari Kalimantan.
Yohana menyebut program BUILD dari organisasi ANGIN memberikan peluang melalui akses pendampingan dan pendanaan dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha yang dijalani oleh ibu ibu dan petani serta masyarakat adat di Kalimantan.
“Kalara Borneo adalah salah satu fellow di bawah program BUILD dari ANGIN dimana di sini ANGIN membantu kami dalam bentuk finansial dan non finansial agar kami sebagai usaha perempuan bisa lebih berkembang dan juga lebih berdampak pada usaha mikro khususnya ibu-ibu yang berada di pedalaman Kalimantan seperti petani dan ibu-ibu dari masyarakat adat,” sebutnya.
Yohana menyebut proses pendampingan serta penyediaan akses langsung kepada calon investor merupakan hal yang diharapkannya selama ini. Peluang ini disebutnya menjadi impian setiap pelaku usaha, khususnya pelaku UMKM.
Adapun yang masih menjadi tantangan bagi Yohana maupun para petani yang tergabung dalam Kalara Borneo adalah pendampingan dari sisi praktek pertanian yang baik serta pendampingan akan riset terhadap buah Asam Maram yang menjadi salah satu bahan baku unggulan dari produk yang dihasilkan yakni Sirup Maram.
“Dari sisi hulunya kami sangat memerlukan bantuan berupa dukungan ataupun dampingan dari sisi good Agriculture practice khususnya untuk petani kemudian juga riset untuk produk yang kami miliki khususnya di buah Asam Maram,” ujarnya.
Adapun profil 3 peserta program BUILD lainnya adalah Riles Lestary merupakan salah satu brand fashion lokal dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Riles Lestary melestarikan budaya melalui fashion Tenun Kontemporer yang trendy dan ramah lingkungan. Riles Lestary menawarkan eksklusifitas dari Wastra NTB (Kain tenun tradisional dari Nusa Tenggara Barat).
Selain itu, peserta lainnya yakni Tenun.in. Tenun.in merupakan program pemberdayaan yang diinisiasi Insan Bumi Mandiri dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). Dalam program ini, penenun-penenun NTT mendapatkan beragam pembinaan, mulai dari pengembangan produk hingga pemasaran.
Merangkum banyak cerita, Tenun.in hadir dengan misi meluaskan keindahan lokal tenun NTT dengan memberdayakan setiap penenun lokal di sana. Selain hadir dengan misi meningkatkan perekonomian penenun NTT, Tenun.in juga dibentuk untuk melestarikan budaya tenun NTT. Saat ini, Insan Bumi Mandiri telah berhasil mendirikan 4 sentra tenun yang tersebar di Alor, Sumba, Ende, dan Belu.
Terakhir adalah Timor Moringa adalah Kewirausahaan sosial berbasis industri pengolahan pangan lokal yaitu Daun Kelor Organik dari Nusa Tenggara Timur menggunakan Standarisasi Pengeringan Tingkat tinggi untuk “mengunci” nutrisi yang terkandung di dalamnya menjadi beberapa produk turunan seperti Teh Celup Daun Kelor, Serbuk Daun Kelor, Coklat Kelor, Kapsul Daun Kelor, Daun Kelor Kering dalam kemasan, Kopi Kelor Instan dll. Timor Moringa memberdayakan 85% petani Daun Kelor lokal di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur.
Saat ini 85% tenaga kerja Timor Moringa adalah wanita. Keunikan dari kewirausahaan sosial ini adalah terletak pada model bisnisnya yaitu untuk mengembangkan bisnis pengolahan pangan berbasis Daun Kelor dengan memberikan nilai tambah serta mengedukasi para petani tentang Daun Kelor, cara membudidayakan Perkebunan Daun Kelor, cara mengolah pasca panen Daun Kelor dengan SOP sesuai yang diinginkan Timor Moringa guna mendapatkan standar kualitas yang terbaik untuk dapat dipasarkan. (334)