ASEAN Memberi Perhatian Serius pada Dampak Negatif Kecerdasan Buatan

asean
Pemimpin Negara ASEAN saat membahas risiko AI. (ist)

JAKARTA | patrolipost.com – Kecanggihan teknologi tidak selamanya membawa dampak positif bagi peradaban. Namun penggunaan teknologi yang terkontrol lebih berdampak bagus dalam membantu kehidupan manusia.

Kecanggihan yang sedang mendunia saat ini adalah Artificial Intelligent (AI) atau kecerdasan buatan. Bagaimanapun, AI bisa menjadi pedang bermata dua jika penggunaannya tidak diatur.

Bacaan Lainnya

Atas dasar itu Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) menegaskan komitmen untuk mengatasi risiko-risiko penggunaan AI (kecerdasarn buatan) melalui kebijakan AI yang bertanggung jawab yang mempromosikan transparansi, akuntabilitas dan inklusivitas.

Hal tersebut disampaikanSekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn yang memberikan sambutan dalam AI Opportunity Southeast Asia Forum. Sekjen ASEAN pada kesempatan tersebut menyampaikan, AI memiliki peluang besar, namun terdapat bahaya dan tantangan signifikan yang jika dibiarkan tanpa pengawasan, dapat memperburuk masalah yang ada seperti bias, diskriminasi dan pelanggaran privasi.

“Risiko-risiko ini menyoroti pentingnya memiliki kerangka kerja tata kelola yang kuat dan pedoman etika yang ada untuk memastikan pengembangan AI sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan sosial kita, serta tujuan masyarakat,” kata Kao Kim Hourn, di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Rabu (2/10/2024), dikutip dari Antara.

Berangkat dari peluang-peluang itu dan juga mempertimbangkan kekhawatiran-kekhawatiran tersebut, lanjutnya, ASEAN melalui Pertemuan Menteri Digital ASEAN ke-empat pada Februari lalu, mendukung Pedoman ASEAN tentang Tata Kelola dan Etika Kecerdasan Buatan.

“Pedoman ini menguraikan pendekatan kita dalam mengatur dan memanfaatkan potensi AI, meletakkan dasar bagi peraturan AI yang koheren dan kerja sama lintas batas di seluruh kawasan,” ucapnya.

Mengikuti pedoman tersebut, ASEAN telah mendirikan Kelompok Kerja Tata Kelola AI yang berfokus pada mempromosikan penggunaan AI yang aman dan bertanggung jawab.

Kelompok tersebut saat ini sedang memperluas pedoman AI untuk memasukkan kerangka kerja tambahan untuk AI generatif yang akan mengatasi risiko unik yang ditimbulkan oleh AI generatif.

Lebih lanjut, Sekjen Kao menyampaikan bahwa ASEAN sepenuhnya menerima teknologi digital sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi masa depan.

ASEAN telah mengidentifikasi kerja sama dalam teknologi yang muncul, termasuk AI, sebagai prioritas utama dalam negosiasi DEFA (Perjanjian Kerangka Kerja Ekonomi Digital ASEAN).

Negosiasi DEFA akan membuka jalan bagi kerangka kerja peraturan yang sejalan dengan inovasi teknologi terkini.

ASEAN, lanjutnya, mengakui bahwa transformasi digital sangat penting dalam meningkatkan daya saing dan kesiapan masa depan kawasan.

Dengan lebih dari 480 juta pengguna internet aktif, 80 persen di antaranya adalah konsumen digital, ekonomi digital ASEAN diproyeksikan akan mencapai 1 triliun dolar AS (Rp 15,2 kuadriliun) pada 2030.

Kao turut mencatat pasar AI global saat ini bernilai 197 miliar dolar AS (Rp. 3 kuadriliun) dengan proyeksi menunjukkan mencapai 1,8 triliun dolar AS (Rp 27,5 kuadriliun) pada 2030. (pp04)

Pos terkait