SINGARAJA | patrolipost.com – Terlihat raut wajah lega namun lelah tatkala puluhan atlet pencak silat asal Kabupaten Bima, NTB, satu persatu naik ke kapal Sabuk Nusantara 51 yang sedang bersandar di Dermaga Pelabuhan Celukan Bawang, Rabu (29/1) sore. Sejak Selasa malam sebanyak 31 atlet pencak silat itu berada di aula Pelindo III, tempat lokasi penampungan yang disiapkan setelah truk dari Kodam IX /Udayana mengantar mereka dari Denpasar.
Ceritanya, para atlet pencak silat dari berbagai kelompok umur itu datang ke Bali untuk mengikuti kejuaraan internasional pencak silat. Hanya saja nasib mereka selama di Bali menjadi tidak jelas setelah bantuan yang diharapkan dari Bupati Bima tak kunjung datang.
Hebatnya, dalam kondisi kekurangan mereka berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih 4 medali emas.
Seperti diceritakan koordinator atlet pencak silat Kabupaten Bima, Sadam Husein (38), ia bersama 31 yang dibawanya tidak menyangka akan telantar di Bali saat mengikuti kejuaran pencak silat Internasional di Gor Lilabuana, Denpasar (24-26/1) lalu. Padahal sebelumnya telah bersusah payah menghubungi pemerintah daerah Bima agar mendapat biaya pemulangan, namun tak kunjung ada jawaban.
“Selama berlaga di kejuaraan, kami menginap di GOR Lila Buana dengan alas seadanya. Itu selama empat hari,” kata Sadam, saat ditemui di Pelabuhan Celukan Bawang, Rabu (29/1/2020).
Sadam menyebut, mendapat bantuan dari Kodam IX/Udayana Denpasar dan disarankan untuk kembali ke Bima melalui jalur laut lewat Pelabuhan Celukan Bawang, mengingat ada kapal sabuk Nusantara 51 berlabuh dengan rute Celukan Bawang menuju Bima.
“Setiba di Pelabuhan Celukan Bawang kami disarankan lapor terlebih dahulu ke Pelindo agar proses pemulangan lebih mudah,” kata Sadam.
Menurut Sadam, ia mengikuti Kejuaraan Pencak Silat Internasional di Bali atas undangan panitia. Dan atlet yang dibawa pun memenuhi kualifikasi agar mampu bersaing di kejuaraan tersebut.
“Untuk bisa ikut dalam kejuaraan itu kami sempat mengusulkan proposal kepada pemerintah daerah. Saat itu bertemu Bupati dan bersedia memberikan bantuan,” ungkapnya.
Namun bantuan yang dijanjikan belum terealisasi ketika akan berangkat. Solusinya atlet diminta untuk menalangi terlebih dahulu untuk biaya keberangkatan. Dan dipastikan saat berada di Bali, bantuan yang dijanjikan bakal turun.
“Berbekal janji itu kami berangkat ke Bali. Sayang hingga akhir kejuaraan bantuan tersebut tak kunjung datang. Ya, terpaksa selama di Bali bertahan dengan seadanya,” ujarnya.
Akibatnya, kondisi kesehatan atlet tidak terjaga. Ada tiga atlet mengalami sakit, yakni Muhammad Rifan, Gusti Randa dan Reza Saputra. Beruntung saat berada di Celukan Bawang ketiga atlet tersebut dibantu berobat oleh Pelindo III Celukan Bawang di ke Pos Kesehatan Pelabuhan.
“Hasilnya empat emas berhasil kami boyong. Kami berharap pemerintah daerah lebih serius memperhatikan nasib para atlet. Dan kami tetap menuntut agar pemerintah daerah mengganti biaya selama kami di Bali,” harapnya.
Sementara GM Pelindo III Celukan Bawang Rio Dwi Santoso mengaku tak menyangka didatangi rombongan atlet pencak silat dari Bima ke Pelabuhan Celukan Bawang. Mereka dibawa oleh mobil Kodam IX/Udayana dengan pesan agar dibantu pemulangan ke Bima melalui pelabuhan laut Celukan Bawang.
“Sejujurnya kami prihatin. Banyak atlet masih berusia sekolah punya prestasi di bidang olahraga. Kami bantu untuk pemulangan mereka hingga perbekalan selama perjalanan dua hari juga telah kami siapkan,” ucap Rio.
Kata Rio lebih lanjut, atlet -atlet itu adalah aset bangsa, dan terbukti telah berprestasi tidak hanya untuk Kabupaten Bima. Bahkan tidak menutup kemungkinan mereka akan menjadi atlet nasional. Karena itu, urusan atlet hanya berlatih, berlaga dan meraih pretasi. Sedangkan yang lain urusan para pihak yang diberi tanggungjawab mengurusnya.
Atlet Pencak Silat asal Kabupaten Bima itu sekitar pukul 15.30 Wita berlayar dari Pelabuhan Celukan Bawang menuju daerah asal menggunakan kapal motor Sabuk Nusantara 51. (625)