LABUAN BAJO | patrolipost.com – Pengembangan Destinasi Wisata Labuan Bajo, NTT terus ditingkatkan agar memberikan pengalaman berwisata yang aman, nyaman dan berkualitas. Selain peningkatan aksesibilitas dan amenitas melalui pembangunan infrastruktur pendukung, sejumlah pihak terus berinovasi menjadikan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata yang mampu menghadirkan berbagai alternatif berwisata bagi para pelancong.
Selain wisata bahari dan Pulau Komodo yang telah mendunia, terbaru Labuan Bajo menghadirkan atraksi wisata Mangrove. Wisata ini terletak di Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat.
Sebelumnya, Dusun Rangko telah dikenal luas dengan keberadaan Destinasi Wisata Goa Rangko. Pengembangan atraksi destinasi wisata mangrove ini ke depannya diharapkan dapat menjadi daya tarik baru yang diminati oleh para wisatawan serta menjadi pelengkap destinasi wisata yang sudah ada sebelumnya yakni Goa Rangko. Hadirnya Wisata Mangrove juga tentu dapat menjadi sumber ekonomi baru yang berkelanjutan bagi warga setempat.
Jarak Dusun Rangko dari Kota Labuan Bajo dapat ditempuh kurang lebih 1 jam perjalanan, baik menggunakan kendaraan roda 2 maupun 4. Kondisi jalan yang telah ditingkatkan akan memudahkan aksesibilitas bagi para wisatawan untuk berkendara.
Atraksi mengayuh kayak menyusuri hutan mangrove dengan jarak tempuh Medium Track selama 30 menit dan Long Track selama 1 jam ini menawarkan pengalaman kayaking di antara keindahan alam yang sangat berbeda dari daya tarik lainnya yang selama ini dijumpai di Labuan Bajo.
Menyusuri kawasan hutan mangrove yang asri di antara terpaan sinar matahari menjadikan destinasi ini layak untuk dikunjungi dan dapat dijadikan opsi berwisata selain menikmati keindahan pantai serta dunia bawah laut yang eksotis yang ada di Taman Nasional Komodo.
Hadirnya atraksi wisata Mangrove di Dusun Rangko ini merupakan bentuk kerja kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) yang tengah mengembangkan atraksi di 11 wilayah koordinatifnya yakni Flores, Alor, Lembata dan Bima (NTB).
Pengembangan Atraksi Wisata Mangrove di Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng diharapkan dapat memperkuat brand destinasi desa tersebut yang saat ini sedang mengembangkan atraksi kayak.
Pengembangan atraksi ini juga didukung oleh kolaborasi berbagai pihak yaitu dari Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Kebudayaan Manggarai Barat dan World Wide Fund for Nature (WWF).
Dukungan BPOLBF terhadap pengembangan atraksi yang dikelola Pokdarwis Desa Tanjung Boleng Dusun Rangko dilakukan salah satunya melalui penyerahan 2 unit kayak beserta 2 unit dayung dan 2 buah life jacket pada Rabu (12/6/2024).
Dukungan terhadap peningkatan kapasitas Pokdarwis juga dilakukan melalui penyusunan Standard Operating Procedure ( SOP) dan beberapa pedoman standar lain yang perlu dipahami pemandu wisata terutama dari sisi keamanan, sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan saat atraksi berlangsung.
Plt Direktur Utama BPOLBF Frans Teguh menyampaikan bahwa BPOLBF hadir untuk mendorong dan mempercepat kesiapan destinasi wisata terhadap dinamika kunjungan wisatawan dengan tetap memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan wisatawan.
“Hari ini merupakan representasi dari semangat BPOLBF dan stakeholder terkait. Kami hadir untuk mendorong dan mempercepat kesiapan destinasi wisata dari dinamika kunjungan wisatawan yang ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berbeda,” tukasnya.
“Ini merupakan titik awal kami mendorong pengembangan wisata mangrove. Yang terutama juga adalah bahwa pengelola destinasi wisata juga harus memperhatikan aspek kemanan dengan menyusun SOP yang ketat agar bisa menawarkan paket wisata yang aman dan nyaman bagi wisatawan,” imbuhnya.
Staf Ahli Bupati Manggarai Barat Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan, Ovan Adu juga menyampaikan bahwa penggunaan kayak harus memperhatikan SOP, khususnya terkait keamanan pengunjung atau wisatawan. Ovan juga mengimbau masyarakat terutama Pokdarwis setempat untuk senantiasa menjaga kelestarian alam mangrove Dusun Rangko agar tetap bersih dari sampah plastik. Salah satunya dengan mengimbau wisatawan untuk membawa tumbler air minum saat akan melakukan kegiatan kayaking dan tidak meninggalkan sampah plastik usai berkayak.
“Kami berharap agar penggunaan atau pemanfaatan kayak ini selalu berpedoman pada SOP, karena harus menciptakan atraksi wisata yang aman. Salah satunya dengan tetap memperhatikan kondisi cuaca atau iklim, serta arus air. Aktivitas kayak di hutan mangrove Dusun Rangko ini juga kami harapkan dapat memberi alternatif baru bagi wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo dan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan lama tinggal wisatawan di Labuan Bajo,” ujar Ovan.
Kepala Desa Tanjung Boleng Saharudin mengapresiasi berbagai pihak karena sudah melihat potensi wisata mangrove Dusun Rangko, sehingga mampu dikembangkan.
“Kami berterima kasih kepada BPOLBF, Dinas Pariwisata Manggarai Barat, serta WWF karena sudah mendampingi kami dalam pengembangan atraksi wisata mangrove di Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng. Beberapa hal yang selama ini menjadi perhatian kami terhadap pengembangan destinasi wisata mangrove ini pelan-pelan sudah ditindaklanjuti dan kami berharap dengan 2 kayak yang difasilitasi oleh BPOLBF dapat kami manfaatkan secara optimal,” ujar Saharudin.
Sementara, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tanjung Boleng Hanafi menyampaikan ke depannya pihaknya akan berkolaborasi bersama BPOLBF, Dinas Pariwisata & Ekonomi Kreatif Manggarai Barat, serta WWF dalam meningkatkan pengembangan wisata mangrove di Dusun Rangko.
“Pada tahap awal ini, kami akan mengembangkan atraksi wisata kayak di Rangko dan destinasi hutan mangrove, tentunya dengan kolaborasi bersama BPOLBF, Dinas Pariwisata Manggarai Barat, dan WWF. Terima Kasih kepada BPOLBF atas 2 kayak yang diberikan dan dipercayakan kepada kami. Semoga kami menjadi lebih semangat lagi ke depannya dalam pengembangan wisata mangrove ini,” ucap Hanafi.
Dalam pengembangannya, Pokdarwis Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng ini juga didampingi World Wide Fund for Nature (WWF), sebuah organisasi non-pemerintah internasional yang menangani masalah-masalah konservasi, penelitian, dan restorasi lingkungan.
Dalam program kerja WWF di Desa Tanjung Boleng, WWF melakukan beberapa pendampingan dan pelatihan peningkatan kesadaran masyarakat untuk terus menjaga kelestarian mangrove sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh generasi selanjutnya.
Sosialisasi merupakan upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan mangrove serta meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian.
Elisabeth Klara, Tim Marine Tourism Officer WWF menyampaikan, Pokdarwis di Dusun Rangko menyadari bahwa potensi mangrove tidak boleh rusak, sehingga WWF selalu memberikan pendampingan dalam melakukan aksi penanaman mangrove untuk menjaga kelestarian mangrove Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng.
“WWF isu fokusnya adalah untuk konservasi mangrove. Para Pokdarwis juga menyadari bahwa potensi mangrove ini tidak boleh rusak atau hilang, jadi Pokdarwis juga kami berikan pendampingan untuk penanaman mangrove sebagai aksi pelestarian lingkungan, lalu pelatihan safety briefing juga untuk menjaga keamanan dan keselamatan saat berwisata mangrove,” jelas Klara.
Turut hadir dalam kegiatan ini Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah, perwakilan Dinas Kehutanan Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif dan Budaya, Kepala Desa Tanjung Boleng Dusun Rangko, serta Pokdarwis Tanjung Boleng, Desa Rangko. (334)