SRAGEN | patrolipost.com – Angin kencang dan hujan deras menyebabkan sebuah joglo milik SMKN 1 Miri, Kabupaten Sragen, Jawa Timur roboh. Sedikitnya 22 siswa yang sedang praktik las di bangunan itu menderita luka-luka.
Sebanyak 17 siswa yang merupakan siswa kelas 10 dan 11 SMKN 1 Miri, harus menjalani perawatan di rumah sakit, sementara lima lainnya menjalani rawat jalan. Total 22 siswa yang tertimpa bangunan aula berbentuk joglo milik SMKN 1 Miri yang roboh tersebut.
Kepala SMKN 1 Miri Sarno mengatakan, sebelum kejadian siswa kelas 10 dan 11 SMKN 1 Miri sedang melakukan kegiatan praktik mengelas menjelang salat asar sekitar pukul 14.30 WIB, Selasa (19/11).
Saat turun hujan deras dan angin kencang sebagian siswa berteduh di aula itu. Guru sebelumnya sudah meminta siswa yang berteduh di aula untuk pindah tempat.
“Guru praktik las bersama siswa lainnya langsung menolong korban. Pertolongan dilakukan cepat dari anak-anak yang lain dan para guru. Bangunan aula itu, dibangun 2015, kondisi terbuka tanpa dinding dengan bahan kayu seluruhnya,” kata Sarno kepada Antara.
Kepala Polsek Miri Polres Sragen AKP Marsidi telah mengonfirmasi soal bencana angin kencang yang merobohkan bangunan aula terbuka di SMKN 1 Miri. Kejadian itu langsung ditangani oleh guru, siswa, dibantu warga sekitar, BPBD, dan aparat keamanan setempat.
“Korban langsung dievakuasi dan dilarikan ke rumah sakit, dan dilaporkan tidak ada korban jiwa. Kejadian itu, karena aula di ruang terbuka berdekatan dengan sawah, tidak ada dinding, lalu diterjang angin kencang,” kata Marsidi.
Wakil Bupati Dedy Endriyatno mengatakan korban bencana angin kencang yang mengalami patah tulang langsung dirujuk ke RS Karima Kartasura Sukoharjo dan RSUD Sragen, sedangkan empat korban dirawat RS Yaksi Gemolong, sembilan RS Assalam Gemolong dan satu RSUD Gemolong.
Pasca kejadian, Kamis (21/11/2019) kegiatan belajar mengajar (KBM) sudah berjalan seperti biasa. Sementara reruntuhan bangunan juga belum ada pembersihan.
Kepala Sekolah SMK Negeri 1, Sarno, mengatakan kegiatan belajar tetap berjalan seperti biasa. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, terkait tindak lanjut kasus ini.
“Kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung seperti biasa,” ujarnya kepada wartawan di lokasi, Kamis (21/11/2019).
Sementara terkait korban, lanjut Sarno, saat ini tinggal 13 korban yang dirawat.
“Sekarang masih ada 13 yang dirawat. Kami sudah berkoordinasi dengan pihak provinsi, seluruh biaya perawatan akan ditanggung dinas,” kata Sarno.
Sementara, ditemui saat meninjau lokasi kejadian, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen, Suwardi, mengatakan meski wewenang penanganan SMK ada di provinsi, namun karena kejadiannya di wilayah Kabupaten Sragen, pihaknya turut memastikan semuanya tertangani dengan baik. (807)