BORONG | patrolipost.com – Adat Istiadat Manggarai tidak terlepas dari minuman adat berupa tuak yang disadap dari pohon enau. Cairan yang terkumpul dari pohon enau bisa diminum langsung disebut ‘tuak bakok’. Sedangkan olahannya yang berwarna bening disebut ‘sopi’, biasanya mengandung kadar alkohol yang lebih tinggi dari ‘tuak bakok’.
Seorang penyadap enau di Desa Compang Laho, Lambaleda Selatan, Manggarai Timur mengaku mendapat ‘gaji fantastis’ yang diterimanya per pekan dari keterampilannya menyadap pohon enau.
“Pekerjaan ini penghasilannya diluar dugaan. Saya mendapat penghasilan kurang lebih Rp. 2 juta per pekan,” ungkapnya kepada patrolipost.com, Kamis (26/9/2024).
Menurutnya, penghasilan tersebut berkat orang-orang sekitarnya yang memberitahukan kepada pencari tuak untuk datang ke rumahnya jika membutuhkan.
“Marketingnya masih pakai cara lama, dari mulut ke mulut. Meskipun zaman sekarang bisa pasarkan melalui medsos, tapi kami orang tua ini tidak bisa mengoperasikan gadget,” imbuhnya.
Jika penghasilan Rp. 2 juta per pekan tersebut digabung menjadi sebulan, maka penyadap enau tersebut berhasil mengalahkan gaji para pegawai, apalagi pegawai honorer.
Namun, penyadap enau tersebut mengakui, penghasilannya tergantung pohon enau yang digarapnya dan juga tergantung kebutuhan. Jika memasuki musim hujan, permintaan terhadap ‘tuak bakok’ menurun seiiring berkurangnya upacara adat yang dilaksanakan di setiap kampung.
Penyadap enau ini mengakui, pekerjaan tersebut menjadi pekerjaan sampingan, mengisi waktu pagi dan sore hari. Selebihnya dia masih bisa bekerja di kebun maupun sawah.
Keterampilan menyadap enau pun tidak bisa dilakukan semua orang. Hal itu tergantung bakat dan juga kecocokan. Ada sederet ritual yang dilakukan sebelum menyadap enau yang melibatkan unsur yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Bahkan tanda jika pohon enau yang akan disadap bisa menghasilkan ‘tuak’ akan didapatkan lewat mimpi. (pp04)