Banjir dan Longsor di Sumbar: 19 Orang Tewas, 7 Hilang! Ini Kata Mahyeldi

banjir 1111aaaa
Foto udara banjir merendam pemukiman di kawasan Dadok Tunggul Hitam, Padang, Sumatera Barat, Jumat (8/3). (ist)

PADANG | patrolipost.com – Sebanyak 19 orang meninggal dunia akibat banjir dan longsor yang terjadi di wilayah Sumatera Barat (Sumbar) hingga Minggu (10/3). Selain itu, tujuh orang hilang.

Berdasarkan informasi dari Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BNPB, korban meninggal terbanyak berasal dari Kabupaten Pesisir Selatan yakni 16 orang. Di daerah ini, tujuh orang hilang dan 25.794 KK terdampak banjir.

Sementara itu, sebanyak 10.150 KK/35.299 jiwa diwilayah Kota Padang terdampak. Di Kabupaten Padang Pariaman sebanyak tiga orang meninggal dunia, dua orang luka-luka dan 800 KK/2958 jiwa terdampak.

Kota Solok sebanyak 238 KK/813 jiwa terdampak; Kabupaten Limapuluh Kota sebanyak 24 KK/100 jiwa terdampak; Kabupaten Agam sebanyak 36 KK/144 jiwa terdampak.

Berikutnya, Kabupaten Solok sebanyak 10 KK terdampak; Kabupaten Pasaman Barat sebanyak 31 KK terdampak; dan Kabupaten Pasaman sebanyak 191 KK terdampak.

Petugas Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Barat, Gilang, mengatakan kejadian banjir dan longsor tersebut memaksa warga untuk mengungsi.

Di wilayah Kota Padang sebanyak 3.734 jiwa mengungsi, Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 29.483 KK/76.178 jiwa mengungsi, dan Kabupaten Agam sebanyak 49 KK/209 jiwa mengungsi.

Gilang menuturkan peristiwa tersebut menyebabkan kerugian material di wilayah Sumatera Barat. Sebanyak 37.265 unit rumah terdampak, 666 rumah rusak, 3 unit rumah hanyut, 26 unit jembatan rusak, 45 unit ibadah terendam, 25 unit sekolah terendam, 13 titik ruas jalan terdampak, 2 unit irigasi rusak, 113 hektare lahan terdampak, 300 meter persegi lahan pertanian terdampak dan 5 unit fasum terdampak.

Tim Reaksi Cepat BPBD Sumatera Barat melakukan kajian cepat dan berkoordinasi dengan instansi terkait. Petugas melakukan evakuasi warga yang terdampak dan teruntuk wilayah yang sudah surut banjir akan dilakukan pembersihan.

“Untuk wilayah Kabupaten Padang Pariaman, akses jalan raya keluar masuk masyarakat ke desa kota menara tertutup longsor sepanjang 50 meter. Kabupaten Agam, Kabupaten Pesisir, Kota Solok banjir berangsur surut, sedangkan Kabupaten Pesisir Selatan dan kota Padang sebagian besar wilayah terdampak banjir masih digenangi air,” ungkap Gilang melalui siaran pers yang dibagikan oleh Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.

“Di Kabupaten Limapuluh Kota, banjir berangsur surut dan telah dilakukan pembersihan rumah dan fasilitas umum yang terendam,” tandasnya.

Tanggap Darurat Bencana
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat, menetapkan masa tanggap darurat bencana banjir bandang selama 14 hari.
Melansir Antara, tanggap darurat banjir Pesisir Selatan ini ditetapkan mulai 8 Maret 2024.

Sekretaris Daerah (Sekda) Pesisir Selatan Mawardi Roska mengatakan masa tanggap darurat selama 14 hari ditetapkan karena banjir bandang yang melanda Pessel terdampak terhadap puluhan ribu warga di 11 kecamatan.

“Ada 46 ribu jiwa warga dengan 10 ribu KK yang menjadi korban banjir bandang. Saat ini beberapa korban banjir bandang sudah ada yang kembali ke rumah. Sebelumnya mereka bertahan di lokasi-lokasi aman untuk mengungsi,” katanya, Minggu (10/3).

Berdasarkan data terakhir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), korban tewas imbas bencana ini mencapai 19 orang, dengan 7 lainnya masih dalam pencarian.

Mawardi melanjutkan Pemkab Pessel saat ini sedang berjuang untuk menyalurkan bantuan berupa makanan kebutuhan pokok kepada korban banjir bandang.

“Yang paling penting itu sekarang logistik untuk korban banjir karena ada beberapa lokasi yang aksesnya baru bisa ditembus kendaraan,” katanya.

Dia juga berharap dukungan dari provinsi dan pusat soal perbaikan infrastruktur yang terdampak bencana.

Apalagi, katanya, sebagian infrastruktur jalan yang rusak itu merupakan jalan lintas sumatera penghubung Sumbar dengan Provinsi Bengkulu yang menjadi salah satu urat nadi perekonomian.

Terpisah, Gubernur Sumbar Mahyeldi menyebut pihaknya segera menggelar rapat dengan pihak terkait baik OPD provinsi maupun instansi vertikal untuk bisa secepatnya memulihkan infrastruktur yang rusak di Pesisir Selatan.

“Kita langsung mendiskusikan dengan BPJN Sumbar untuk penanganan lebih lanjut. Perlu pemetaan titik kerusakan berat dan parah untuk diambil langkah bersama dalam penanggulangan,” katanya.

Mahyeldi mengatakan banjir bandang menyebabkan kerusakan jalan hingga longsor dari perbukitan di pinggir jalan dan menimbun rumah warga.

Menyikapi kondisi ini, Mahyeldi juga mengimbau seluruh camat, untuk segera mendata dan sekaligus mendorong alat-alat berat bisa masuk.

“Kita lihat ada beberapa rumah tertimbun. Ini harus segera ditangani dengan alat berat,” katanya.

Periode Tanggap Darurat ini membuat penanggulangan bencana dibantu berbagai sumber pendanaan, termasuk Dana Siap Pakai di BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). (305/jpc/ant/cnn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.