JAKARTA | patrolipost.com – Yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI) terus tunjukkan kepedulian terhadap anak-anak di Indonesia, tak terkecuali untuk anak-anak di pelosok seperti di Papua. Hal kepedulian ini diwujudkan dengan peluncuran Program Childhood Hope untuk mendukung anak-anak Papua mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, dan perlindungan.
“Saat ini kami fokus untuk anak-anak di Papua, khususnya untuk anak-anak Distrik Wamena di Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Asmat, tapi tidak menutup kemungkinan untuk wilayah terjauh dan tertinggal,” kata Resource and Communication Director Yayasan WVI Asteria Aritonang dalam konferensi pers virtual diikuti di Jakarta, Kamis (2/11/2023) mengutip Antara.
Menurut Aritonang, donasi dari Childhood Hope berfokus pada peningkatan kemampuan baca anak, akses terhadap makanan bernutrisi, pendampingan sekolah, upaya perlindungan anak berbasis masyarakat, serta upaya advokasi lain untuk kesejahteraan anak.
“Saat ini donasi digunakan sebesar 37 persen untuk pendidikan, 30 persen untuk program pengembangan komunitas, dan 21 persen untuk kesehatan, kemudian sembilan persen untuk penyediaan air, dan sisanya untuk perlindungan anak dan ekonomi,” ungkapnya.
Donasi juga direncanakan untuk perubahan perilaku dan cara pandang, serta pelatihan bagi orangtua dan guru terkait dengan peningkatan pendidikan di Papua.
“Sementara anak-anaknya sendiri dibentuk forum anak untuk dapat memahami tentang apa yang menjadi hak-hak anak dan mereka juga dibangun keterampilan hidupnya sesuai dengan potensi yang ada di sana,” katanya.
Seorang perwakilan anak dari Papua, Magie, menceritakan salah satu permasalahan pendidikan di Papua soal kurikulum yang berbeda antara pelajaran di kampung dan kota.
Banyak anak di perkampungan Papua, kata Magie, meski pendidikannya setara misalnya, di tingkat sekolah dasar (SD) namun belum bisa membaca.
“Kurikulum pelajaran di kampung dan kota sangat berbeda. Kalau di kota sudah bisa mempelajari mata pelajaran kalau di kampung membaca saja masih mengeja,” tuturnya.
Lanjut Magie, jarak sekolah yang jauh dari tempat tinggal juga mengganggu proses belajar mengajar. Hal ini membuat tak sedikit guru jarang masuk sekolah juga karena persoalan jarak tersebut.
“Kemudian guru kalau di kampung ini sedikit dan guru jarang masuk sekolah karena faktor keamanan dan karena lokasi guru yang jauh dari sekolah,” ucapnya.
Berdasarkan hasil asesmen WVI pada 2021, tercatat 8 di antara 11 distrik sampel di Kabupaten Jayawijaya untuk yang bisa membaca dengan pemahaman itu jumlahnya 45,5 persen. Namun, saat ini terdapat peningkatan 21 persen di wilayah tersebut menjadi 67,3 persen.
Program Childhood Hope memberikan kemudahan bagi publik yang ingin donasi lewat WVI untuk menyalurkan bantuan pada wilayah terjauh dan tertinggal dengan menyesuaikan keinginan dan kemampuan dari para donatur. (pp04)