GIANYAR | patrolipost.com – Perajin Endek atau (tenun ikat) di Desa Keramas, Blahbatuh dan Desa Pajeng Kangin, Tampaksirang, Kabupaten Gianyar yang balik kandang lantaran pandemi Covid -19, kini mulai sumringah. Pasalnya, pesanan mulai mengalir seiring dikeluarkannya SE Gubernur Bali No 04 Tahun 2021 tentang Penggunaan kain tenun endek Bali/kain tenun tradisional Bali. Namun demikian, perajin berharap agar pengusaha tenun memanfaatkan hasil produksi lokal.
Ibu Nyoman Suarni salah satu perajin tenun ikat di Desa Keramas mengungkapkan, sebelumnya dirinya sempat melupakan aktivitas tenun dan beralih ke bidang pariwisata. Namun semenjak pandemi, lantaran dirumahkan, dirinya kembali menenun meski tidak ada pesanan. Namun, beberapa bulan menenun, dirinya yang kini memiliki beberapa stok dengan beragam motif, kini mulai laris.
“Kebanyakan yang beli adalah para pegawai, baik pegawai negeri maupaun swasta. Ada pula yang memesan corak khusus,” ungkapnya.
Suarni pun meyakini bahwa kain endek Keramas atau endek desa lainnya di Gianyar akan lebih diburu. Karena memiliki keunggulan kualitas, pewarnaan, corak design dan jaminan kualitas. Namun demikian dirinya berharap pengusaha-pengusaha kain tenun di Gianyar yang berpotensi mendapatkan pesanan seragam, agar lebih mengutamakan produk lokal.
“Memang sekarang ada kain endek dari Jawa yang lebih murah, namun kualitas berbeda,” yakinnya.
Perajin tenun ikat di Desa Pejeng Kangin, Tampaksiring memiliki harapan yang sama. Bahkan sebelumnya saat pandemi Covid-19 sebagian pekerja yang di PHK di usaha pariwisata kini membangkitkan tenun endek tradisional.
Perbekel Pejeng Kangin, Gede Purnadi Yoga menyebutkan, selama pandemi yang dulunya penenun berjumlah 8 orang, kini meningkat menjadi 60 warga lebih. Melihat keseriusan pemerintah dan animo masyarakat, dirinya yakin jumlah penenun akan bertambah.
Sebelumnya, desanya memang sentra tenun kain Bali dan endek namun sempat meredup. Kini, jumlah perajin meningkat karena pekerja pariwista yang dirumahkan, kembali menggeluti usaha tenun.
“Ini gayung bersambut, saat usaha tenun di desa kami bangkit, pemerintah melalui Gubernur Bali memberikan imbauan mengenakan kain endek sebagai pakaian resmi,” jelas Purnadi Yoga.
Hanya saja Purnadi Yoga menyebut, usaha tenun yang digeluti warga Pejeng Kaja lebih dominan pada kain tenun Bali. Sehingga harapnya termasuk mengenakan kain tenun Bali. Ditambahkan lagi kain tenun endek sangat bagus dikombinasikan dengan kain tenun Bali.
“Upaya kami sesungguhnya sudah mendapat binaan dari Dekranasda Gianyar, sehingga produksi kami terus berkesinambungan,” bebernya.
Untuk pemasaran lebih luas, Purnadi Yoga berharap selain mengenakan pakaian kain Bali dan endek di setiap even, juga agar produksi kain Bali dan endek diikutkan dalam setiap pameran. Ditambahkannya agar pemerintah ikut memberikan bantuan berupa disain dan motif kekinian agar tidak ketinggalan zaman. (338)