Batas Hotmix jadi Saksi Bisu Perbedaan Mencolok yang Dialami Pengendara Lenang Raya

jembatan ntt
Jembatan Wae Wake, pembatas yang kontras antara jalan kondisi baik dan buruk di jalur Mano-Deno. (rob)

BORONG | patrolipost.com – Pembangunan bertahap dan terseok-seok yang konon katanya karena keterbatasan anggaran membuat kondisi jalan di Manggarai Timur banyak yang mengalami kondisi rusak parah. Memasuki musim hujan, jalanan seperti sungai; air mengalir di badan jalan karena medan yang curam dengan potensi longsor yang tinggi serta ketidakpedulian untuk selalu membersihkan got di pinggir jalan.

Salah satu contoh terparah adalah kondisi jalan Mano-Deno yang hanya mulus hingga jembatan Wae Wake. Setelah melewati jembatan, pengendara memasuki wilayah Lenang Raya yang kondisi jalannya menyiksa pengendara roda dua maupun empat. Tidak jarang ditemukan pengendara harus berjibaku dengan jalanan berbatu dan berlumpur, sedikit saja kehilangan konsentrasi akan mengalami kecelakaan.

Bacaan Lainnya

“Bagi kami dari wilayah Lenang Raya, tidak ada gunanya mencuci motor dan memakai pakaian bersih saat menuju Borong maupun Ruteng. Sebelum sampai di jalan hotmix, kondisi sepeda motor sudah dekil, juga pengendaranya,” ungkap salah satu pengendara yang meminta identitasnya tidak dimediakan di sebelah selatan kampung Lenang, Desa Compang Laho, Manggarai Timur, Jumat (7/3/2025) kepada patrolipost.com yang sedang lewat.

Pengendara tersebut juga menunjukan gagang rem tangan honda Versa-nya yang patah karena terjatuh di jalan licin. Spion dan lampu rating sebelah kanannya pun terlihat rusak karena terbentur dengan bebatuan.

Masyarakat pun sudah hampir putus harapan, perekonomian yang diharapkan semakin baik hanya ada di angan karena kondisi jalan buruk menjadi salah satu penghalangnya. Mobilitas warga dari desa ke kota dan sebaliknya mesti bermodalkan keberanian di jalanan yang memicu adrenalin.

Kondisi itu juga berlaku saat patrolipost.com menghadiri kegiatan gereja di Kampung Lento. Tantangan yang sama juga dihadapi saat menempuh jalur Mano-Wae Wake. Ruas jalan Watu Ci’e-Deno merupakan kembaran jalur Mano-Deno, dua ruas jalan yang rusak parah dan keduanya pun mengarah ke wilayah Lenang Raya.

Tanjakan dari Jembatan Wae Cebu hingga kampung Lento menjadi momok yang menakutkan bagi para pengendara. Kondisi jalan dengan kontur yang tidak rata dengan bebatuan menonjol diselingi kerikil lepas yang tentu saja membuat pengendara harus berkonsentrasi tinggi dan menurunkan penumpangnya jika berboncengan.

Para pengendara dengan sepeda motor yang memadai sekalipun jika keberaniannya masih belum cukup, tentunya lebih memilih menghindari jalur tersebut dan memilih rute yang beberapa kali lipat lebih panjang.

Masyarakat yang putus asa tentunya membutuhkan jawaban pasti dari pemerintahnya terkait kapan akses jalan bisa diperbaiki. Di sisi lain, pemerintah tentu saja berupaya menyiasati berbagai tantangan yang dihadapi di era sekarang terutama terkait kebijakan Efisiensi Anggaran.

Namun, pada intinya, selama jalan tidak diperbaiki, perekonomian masyarakat juga akan terus terseok-seok karena hambatan menjual hasil bumi ke kota. Begitu pun peluang bisnis lainnya, mengalami hambatan yang sama karena sulitnya mobilitas terkendala lalulintas melintasi jalanan yang rusak parah. (pp04)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *