MANGUPURA | patrolipost.com – Kebijakan bebas karantina dan pemberlakuan kembali layanan Visa on Arrival (VoA) bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) masuk ke Bali mulai, Senin (7/3/2022) menjadi angin segar bagi perubahan untuk menuju kebangkitan pariwisata Bali. Kedua kebijakan itu memberi optimisme baru serta peluang percepatan pemulihan pariwisata dan ekonomi Bali.
Hal ini diungkapkan Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali (APPMB), Wayan Puspanegara sekaligus Kepala LPM Desa Legian, saat dijumpai di Kantor LPM Legian, Senin (7/3/2022).
Pihaknya juga mengapresiasi dan menyambut baik kebijakan yang kini bisa menjadi titik terang untuk membangkitkan kembali pariwisata di Bali. Terlebih ini menjadi harapan yang baik ke depannya. Meskipun, pihaknya sempat pesimis ketika dinyatakan open border pada 14 Oktober 2021 lalu, namun tetap tidak ada kejelasan lebih lanjut.
“Kita melihat maskapai penerbangan menjadi pionir meskipun pemerintah memutuskan dari open border pada 4 Februari 2022 tapi, Garuda Indonesia mendahului 1 hari. Jadi artinya Garuda itu memiliki komitmen yang luar biasa yang memang sebelum wisata kita masih bagus,” ujarnya.
Menurutnya, Garuda Indonesia menjadi maskapai andalan untuk memberikan connecting flight wisatawan mancanegara, mulai dari Eropa, Asia, dan Australia.
“Tapi bagi kita apapun itu yang dilakukan pemerintah dan oleh maskapai, kita sebagai masyarakat kecil tetap mengapresiasi tinggi karena sudah berani mengambil terobosan di tengah pandemi,” terangnya.
Wayan Puspanegara juga mengungkapkan, untuk menyambut dan memberikan rasa aman kepada wisatawan mancanegara, seluruh pelaku wisata di Bali sudah siap dan tentunya telah melaksanakan Protokol Kesehatan (Prokes).
Contohnya, para pelaku usaha akomodasi saat ini sudah mulai memperbaiki kamar-kamar hotelnya yang tidak beroperasi meskipun wisatawan masih minim.
“Kita katakan ini momentum yang ketiga dan spektakuler karena harapan masyarakat pariwisata Bali bangkit kembali. Jadi kita pandang Garuda sangat spektakuler dalam membangun kebangkitan kepariwisataan Bali. Kita sambut dengan mempersiapkan pelaku akomodasi, pelaku atraksi sampai pelaku kuliner dengan dukungan fasilitas Prokes,” tuturnya.
Disebutkannya, laporan Menteri Keuangan terkait kondisi Bali saat ini bahwa dari 34 provinsi yang mengalami penurunan eskalasi pertumbuhan ekonomi atau kontraksi, jarak antara Bali dengan provinsi lainnya masih jauh, yakni Bali masih kurang 90 persen.
“Jadi dengan hasil rakor ini bagi kami ini sudah merupakan proses setelah maskapai datang. Meskipun kita sebenarnya ketika pandemi ini turun, kita berharap itu sudah dibuka pada14 Oktober 2021 lalu (open border, red). Namun penerbangan belum juga masuk, ternyata ada beberapa faktor penghambat dari kita,” sebutnya.
Adapun kebijakan bebas karantina dan pemberlakuan kembali layanan Visa on Arrival (VoA) bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) masuk ke Bali yakni mencakup sebanyak 23 negara. Yakni terdiri dari 10 negara ASEAN, Amerika, Kanada, Jerman, Jepang, Inggris, Belgia Belanda dan beberapa negara Eropa.
“Kita mendukung ini, hanya saja ada yang kelewatan satu negara yakni India. Kalau dilihat dari statistik di tahun 2018, India pertumbuhan kunjungan ke Bali naik 24 persen. Jadi kita berharap India dibuka juga,” tandasnya. (030)