GOLO WUNE | patrolipost.com – Perjuangan tidak mengkhianati hasil. Itulah gambaran perjuangan Bernadus, seorang petani cengkeh di Heso, Desa Golo Wune, Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, NTT. Lahan tidur yang tidak produktif berhasil disulapnya menjadi kebun cengkeh dengan hasil menjanjikan.
Saat ditemui patrolipost.com di kebun cengkehnya, Bernadus menuturkan tanah yang sekarang menjadi lahan cengkeh dengan ukuran lebar batas barat 150 meter dan timur 50 meter dan panjang sekitar 600 meter. Tanah tersebut dulunya tidak berpotensi untuk menjadi kebun cengkeh seperti sekarang ini.
“Tanah ini dulunya berwarna merah. Kandungan humus tanah sangat tidak memadai. Hanya semak belukar dan tumbuhan jenis palem yang tumbuh dan bertahan di lahan yang miskin humus ini. Setelah semak-semaknya dibersihkan, atas saran kakak saya, Fitalis Panis, saya pun membeli anakan cengkeh 3 pohon dan menanamnya. Ternyata bisa tumbuh dan sekarang sudah menjulang tinggi serta bisa panen puluhan kilogram dari satu pohon,” tutur Bernadus.
Lebih lanjut Bernadus bercerita, melihat perkembangan 3 pohon yang pertama kali ditanam, dia kemudian menanam cengkeh di lahan tidak subur tersebut dengan dengan jumlah yang lebih banyak dan semuanya bertumbuh dengan baik.
“Saat musim kemarau, saya setiap sore menyiram puluhan pohon cengkeh agar bertahan hidup dan bertumbuh. Tidak ada pupuk kimia, hanya pakai pupuk organik seperti kotoran kerbau maupun kambing,” imbuhnya.
Perjuangan Bernadus dibenarkan istrinya Yustina. Dulunya usaha suaminya menanam cengkeh merupakan upaya yang aneh dan tidak masuk akal, mengingat kesuburan tanah Wae Heo yang tidak mendukung.
“Awalnya ini seperti usaha yang sia-sia. Namun upaya dan semangat yang tidak pernah padam menjadikan lahan ini menjadi hutan cengkeh, kopi, pisang dan juga ada sawah di dalamnya,” ungkap Yustina.
Saat musim cengkeh berbuah lebat, Bernadus bisa menjual sekitar 300 kg cengkeh kering dan akan terus bertambah setiap tahunnya karena semakin banyak pohon cengkeh yang berbuah. Dengan panen cengkeh tersebut Bernadus mampu menyekolahkan putra sulungnya di Denpasar dan meraih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (SIKom) di Universitas Dwijendra.
Tanah Wae Heo ini dulunya tanah terbuang, sekarang menjadi tanah yang sangat menjanjikan bagi kedua putra dan dua putri Bernadus dan Yustina. Semangat dan optimis dalam bekerja itu modal utama, selebihnya restu dari Yang Maha Kuasa. Kalau mau berjuang, berjuanglah. Usaha tidak akan mengkhianati hasil. (pp04)