DENPASAR | patrolipost.com – Sedikitnya 100 siswa SMAN 8 Denpasar tampil dalam pementasan seni teater di Festival Bulan Bahasa Bali 2020 yang digelar di gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Art Center Denpasar, Senin (10/2/2020). Sesolahan (pementasan) yang bertajuk Ngurug Pasih, berhasil mengaet penonton untuk memenuhi ruangan tersebut.
Ngurug Pasih berasal dari bahasa Bali yang artinya menimbun laut. Ngurug Pasih menceritakan penjualan tanah di Bali kepada para investor yang ingin membangun villa maupun sarana wisata lainnya. Seni teater dan tari ini sekaligus menggambarkan adanya perubahan- perubahan nilai akibat globalisasi, antara menjaga kearifan lokal Bali, dan arus modernisasi. Perubahan sikap masyarakatnya yang kini lebih mementingkan harta daripada menjaga warisan leluhurnya.
Kepala sekolah SMAN 8 Denpasar Ketut Suyastra mengatakan, pementasan ini garapan guru seni dan guru pembina SMAN 8 Denpasar serta mengkoordinasi siswa-siswa yang terlibat.
“Digarap guru seni bersama guru-guru pembina serta siswa dan berujung dengan memberikan suatu proses edukasi pada anak anak dan generasi muda,” kata Ketut Suyastra saat ditemui usai pementasan di Art Center Denpasar, Senin (10/2/2020).
Selain itu, pementasan ini memberikan amanat kepada generasi muda tentang bahayanya menjual tanah leluhur.
“Kalau kita selalu menjual tanah leluhur sampai ngurug laut bisa berbahaya, sehingga menjadi suatu pembelajaran bagi generasi muda dan paling tidak dapat dijadikan catatan bagi kita semua bagaimana agar kita tetap mempertahankan tanah leluhur,” ungkapnya.
Suyastra mengungkapkan, pementasan ini tidak hanya sekadar tontonan biasa, namun sesuai dengan nuansa yang ada dan berkembang di masyarakat Bali hingga kini. Ia menerangkan proses latihan dan persiapan memakan waktu selama 3 minggu.
Selain para penonton, Suyastra juga mengaku sangat takjub terhadap siswanya dalam pementasan.
“Ini sangat bagus sekali pementasannya. Dalam waktu singkat dan bagaimana siswa itu sendiri mengatur waktu dalam persiapannya, antara latihan dan belajarnya. Namun, tidak ada masalah atau kendala, karena kebanyakan di antara mereka sudah punya perannya sendiri,” imbuhnya.
Ia pun menuturkan dengan adanya kegiatan Festival Bulan Bahasa Bali dapat memajukan dan melestarikan serta menjaga kearifan lokal Bali. Pihaknya akan mengupayakan peserta didik di sekolah untuk tetap mengajegan (melestarikan) bahasa Bali sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali. (cr02)