GIANYAR | patrolipost.com – Mengenang perjuangan Tjokorda Gde Agung Sukawati dalam merintis pariwisata berbasis budaya di Ubud, Bupati Gianyar, I Made Mahayastra bersama Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati yang juga merupakan putra dari Tjok Gde Agung Sukawati bersama Panglingsir Puri Ubud dan keluarga menyaksikan penaikan patung Tjok Gde Agung Sukawati di halaman terbuka Pasar Tematik Ubud, Kamis (30/3).
Penempatan patung Tjok Gde Agung Sukawati di tempat yang strategis yang berada di pusat Kota Ubud dimaksudkan untuk membangkitkan kembali semangat generasi muda dalam berbagai pembangunan, baik seni, pariwisata ataupun ekonomi kreatif dan kesehatan.
Bupati Gianyar I Made Mahayastra yang langsung memimpin proses penaikan patung Tjok Gde Agung Sukawati mengaku bersyukur dapat ikut dalam menaikkan patung tersebut. Mengingat Tjok Gde Agung merupakan tokoh yang sangat dermawan dan penuh semangat.
“Saya bersyukur sekali bisa ikut menaikkan patung Ida Tjokorda Gde Agung Sukawati. Beliau merupakan tokoh yang luar biasa di segala bidang, dermawan dan bagaimana beliau membangkitkan seni kreatif, UMKM, pendidikan, kesehatan, kesusastraan,” ujar Bupati Mahayastra.
“Sehingga kita tempatkan beliau di tempat yang terhormat menjadi ikon penerus semangat bagi Ubud khususnya dan Gianyar pada umumnya sehingga orang-orang yang berpengaruh yang memang mempunyai sejarah itu wajib kita hormati, kita jadikan spirit bagi generasi berikutnya,” lanjutnya.
Bupati Mahayastra juga menceritakan bagaimana dahulu sebelum adanya kebebasan sebelum kemerdekaan Tjokorda Gde Agung telah mampu memperkenalkan Ubud sebagai destinasi wisata budaya. Kini tugas generasi muda ialah menjaga apa yang telah diwariskan.
“Dulu Tjokorda Gde Agung di era yang sulit di era yang mungkin tidak terkenal sekitar tahun 30-an sebelum kita merdeka belum ada kebebasan dan yang lain-lainnya, Beliau mampu. Kenapa di era sekarang kita tidak mampu, yang paling penting adalah menjaga bukan memperkenalkan. Ubud sudah terkenal yang penting menjaga pondasi-pondasi yang dirintis oleh Tjokorda Gde Agung karena menjaga akan lebih berat,” tuturnya.
Mengingat Pariwisata Bali bermula dari Ubud baru menyebar ke Nusa Dua atau ke Kuta dan yang lainnya. Jadi kalau berbicara pariwisata Indonesia episentrumnya Bali dan berbicara pariwisata Bali episentrumnya Ubud melalui pariwisata budaya.
Sementara itu, Wagub Bali Cok Ace yang juga tokoh Puri Ubud menuturkan penempatan Patung ayahandanya merupakan refleksi perenungan kembali, perenungan pariwisata Bali dari dahulu.
“Refleksi perenungan kembali, perenungan pariwisata Bali yang tidak pendek dan tidak mudah apalagi ekonomi kreatifnya sangat panjang. Kita lihat sekarang hasilnya diukur di mana anak-anak kita, adik-adik kita mereka jarang yang mau keluar dari proses tersebut karena Ubud memberi harapan masa depan yang baik bagi mereka, perenungan inilah yang perlu kita beri nilai dan apresiasi,” jelasnya.
Dilain sisi, pembuat patung Tjok Gde Agung Sukawati, I Gede Sarantika mengungkapkan patung tersebut dibuatnya dalam waktu satu bulan. “Patung ini kami buat selama satu bulan lembur siang malam dengan tinggi patung 3,20 meter dan berat sekitar 700 Kg,” ceritanya.
Ditanya terkait kerumitannya, dirinya menuturkan pada proses pembuatan wajah.
“Tentu yang paling rumit di pembuatan wajah, karena kita membuat tokoh harus mirip dan harus berkoordinasi dengan pihak keluarga,” pungkasnya. (kominfo/abg)