DENPASAR | patrolipost.com – Masalah kejiwaan atau gangguan mental merupakan masalah kesehatan yang tidak bisa dianggap remeh. Hal ini lantaran masalah kesehatan mental yang terlambat ditangani sangat berisiko buruk terhadap kualitas hidup hingga memicu kematian. Sehingga, skrining awal kesehatan mental secara berkala perlu dilakukan, apalagi bila memiliki gejala gangguan mental.
“Ini tidak bisa dianggap remeh karena masalah kesehatan mental yang terlambat terdeteksi bisa menyebabkan bunuh diri. Saat ini masih banyak orang menganggap skrining atau pemeriksaan awal kesehatan mental hanya perlu dilakukan pada orang yang sudah mengalami gejala gangguan kesehatan mental. Anggapan ini tentu salah, karena skrining ini bisa dilakukan siapa saja tanpa harus menunggu munculnya gejala,” kata Psikolog RSUP Sanglah, Lyly Puspa Palupi S MSi.
Lebih lanjut dikatakannya, pemeriksaan dini atau skrining kesehatan mental penting dilakukan sebagai salah satu bagian dari hidup sehat secara fisik dan juga psikologis. Terutama dampak pandemi Covid-19, banyak masyarakat menjadi berisiko terkena masalah kesehatan mental. Dimana disebabkan oleh rasa cemas dan stres yang berlebihan.
“Skrining kesehatan mental terdiri dari banyak jenis dan metode. Tak hanya bisa dilakukan pada orang dewasa, skrining awal kesehatan mental juga penting dilakukan pada anak-anak dan remaja,” terangnya.
Lyly Puspa menerangkan manfaat skrining awal kesehatan mental pada dasarnya adalah untuk mendeteksi lebih cepat atau menentukan risiko seseorang untuk mengalami gangguan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, gangguan bipolar, gangguan makan, atau gangguan stress pascatrauma (PTSD).
“Semakin cepat terdeteksi, semakin baik pula efektivitas penanganan masalah kesehatan mental yang bisa diberikan oleh psikolog dan psikiater. Dengan begitu, risiko terjadinya komplikasi atau masalah yang lebih besar akibat gangguan mental, seperti penggunaan narkoba atau ide bunuh diri bisa dicegah,” ungkapnya.
Sehingga pihaknya menyarankan agar secara rutin melakukan skrining awal kesehatan mental, terutama bila terdapat gejala yang terdeteksi. Adapun yang berisiko terkena kesehatan mental yakni stres berat karena tekanan ekonomi, sedang mengalami tekanan batin, atau memiliki riwayat keluarga dengan gangguan mental.
Pihaknya menekankan bahwa untuk tidak ragu melakukan pemeriksaan dini atau skrining awal kesehatan mental penting untuk dilakukan, terlebih bagi orang-orang yang memiliki ketergantungan atau adiksi terhadap narkoba, rokok, minuman beralkohol, atau kebiasaan yang tidak sehat, misalnya berjudi.
“Skrining awal kesehatan mental juga bisa dilakukan secara mandiri dengan menjawab beberapa pertanyaan di situs kesehatan mental. Namun, agar lebih akurat, umumnya pemeriksaan ini dianjurkan untuk dilakukan oleh psikolog atau psikiater,” sebutnya.
Dalam pelaksanaan skrining awal kesehatan mental, dokter atau psikolog biasanya akan memulai dengan sesi wawancara (interview) dengan pasien tentang riwayat kesehatannya secara umum. Termasuk gejala kesehatan mental yang mungkin sedang dialami.
“Setelah diagnosisnya dipastikan, pasien baru akan mendapatkan penanganan yang tepat, baik melalui psikoterapi, pemberian obat-obatan, atau keduanya,” tambahnya.
Selain itu, apabila pasien dinilai memiliki gejala gangguan kejiwaan tertentu atau berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental, dokter atau psikolog akan menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan medis kejiwaan. (030)