Oleh: dr Felicia Yumita Winata
DI ERA pandemi ini, masyarakat selalu mencari cara untuk mencegah dirinya tertular Covid-19. Jumlah angka kesakitan dan kematian yang tinggi membuat kita semakin mencemaskan kesehatan kita dan orang-orang di sekitar kita. Orang-orang dengan usia yang tua, terlebih dengan penyakit-penyakit penyerta seperti penyakit autoimun, gula dan penyakit paru lainnya merupakan kelompok yang paling rentan dan bila tertular Covid-19, cenderung mengalami gejala yang lebih berat.
Virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 ditularkan melalui partikel-partikel kecil yang berasal dari saluran pernafasan atas atau disebut juga dengan droplet. Ketika seseorang yang sedang mengalami infeksi Covid-19 batuk atau bersin, droplet yang mengandung virus-virus hidup akan masuk ke dalam saluran nafas orang lainnya sehingga menularkan infeksi.
Selain itu, virus-virus di dalam droplet tersebut dapat menempel pada permukaan benda dan tetap bertahan hidup. Kemampuan virus dapat bertahan hidup tergantung dari bahan benda tersebut. Contohnya, virus SARS-CoV-2 dapat bertahan hidup selama 72 jam pada benda-benda berbahan plastik, 4 hari pada kertas, 5 hari pada baju, 7 hari pada masker sekali pakai dan hingga 8 hari pada besi.
Ketika kita berpergian ke luar rumah pada masa pandemi, kita tidak pernah tahu apakah ada droplet mengandung virus yang tidak sengaja terhirup. Ketika kita pulang ke rumah, tentu virus yang kini berada pada saluran pernafasan kita dapat menular ke saudara, anak dan orangtua kita. Kita kemudian dapat mengalami gejala-gejala Covid-19, atau mungkin sebagai orang dewasa dengan sistem imun yang baik, kita bisa tidak mengalami gejala sama sekali.
Namun bayangkan apa yang akan terjadi jika misalnya virus tersebut menginfeksi orang tua kita yang memiliki banyak penyakit penyerta. Tentu akibatnya akan lebih parah dan dapat berujung pada kematian. Ketika hal itu terjadi, kita menjadi seorang carrier atau sumber pembawa virus yang menularkan pada orang lain.
Hal-hal tersebur dapat dicegah dengan melakukan satu rutinitas baru pada kehidupan sehari-hari, yaitu kumur mulut dengan cairan antiseptik atau melakukan cuci hidung. Metode ini dapat diterapkan di rumah, tanpa keterampilan khusus dan dengan biaya yang relatif murah. Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan?
Menurut penelitian, pada awal terjadinya infeksi, SARS-CoV-2 akan menempel pada hidung dan tenggorokan, dengan jumlah total virus yang tinggi. Kumur mulut dengan cairan antiseptik dan cuci hidung akan membantu membunuh virus yang menempel pada rongga mulut atau hidung. Selain itu, melakukan cuci hidung juga akan memperbaiki pergerakan bulu-bulu halus di dalam hidung sehingga virus akan dibuang sebelum sempat masuk ke dalam sel tubuh kita dan menyebabkan penyakit.
Obat kumur yang dapat digunakan adalah obat kumur yang mengandung zat aktif bernama Povidon Iodine atau Cetylpyridinium Chloride. Penelitian terbaru yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa pasien dengan hasil swab PCR Covid-19 yang positif mengalami penurunan jumlah virus secara signifikan setelah berkumur dengan Povidon Iodine atau Cetylpyridinium Chloride. Kumur mulut tersebut dapat memberikan perlindungan hingga 6 jam, sehingga dianjurkan untuk melakukan kumur mulut sebanyak 2 kali per hari, terutama setelah berpergian ketika ada kepentingan. Obat kumur yang mengandung zat aktif tersebut dapat ditemukan di apotik atau toko kesehatan terdekat.
Berbeda dengan zat aktif pada obat kumur, zat pada cairan cuci hidung yang berperan dalam membunuh virus ialah Klorida. Penelitian yang dilakukan menunjukkan angka kematian virus yang signifikan dengan adanya Klorida. Cairan untuk cuci hidung ini bernama larutan garam fisiologis atau NaCl 0,9%.
Walaupun cairan ini bernama “garam”, namun ini tidak sama dengan garam dapur yang kita pakai untuk memasak karena penggunaan garam dapur dengan air justru akan membuat hidung iritasi. Jika ingin mencuci hidung, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut, yang pertama adalah membeli alat-alat yang diperlukan di apotik, berupa spuit 20 cc dan cairan NaCl 0,9%. Untuk mencuci hidung, kita harus memastikan alat yang dipakai bersih dan terhindar dari kontaminasi bakteri, karena spuit dan cairan tersebut dapat kita pakai lagi selama beberapa kali. Kemudian, untuk cara mencuci hidung dapat kita tanyakan kepada dokter atau meilhat siaran edukatif dari sumber yang terpercaya.
Penggunaan obat kumur dan cuci hidung secara rutin memiliki manfaat yang terbukti secara ilmiah dan memiliki risiko efek samping yang rendah. Jadi, tidak ada salahnya untuk menggunakan obat kumur ataupun melakukan cuci hidung secara rutin. Perlu diperhatikan bahwa obat kumur dan cuci hidung dapat membantu membunuh sebagian besar virus SARS-CoV-2 pada saluran pernafasan bagian atas, bukan pada paru-paru dan cairan-cairan tersebut sebaiknya tidak dihirup ataupun ditelan.
Penggunaan obat kumur dan cuci hidung berguna pada pencegahan penularan Covid-19, namun penggunaan obat kumur dan cuci hidung secara rutin tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk tidak menggunakan masker ketika bepergian. Masker tetap harus digunakan dan memakai obat kumur serta cuci hidung dilakukan sebagai pencegahan tambahan. **