BANGLI | patrolipost.com – Berbagai upaya dilakukan pemerintah Kabupaten Bangli dalam menekan laju penyebaran rabies. Selain gencar melakukan vaksinasi dan eliminasi anjing secara selektif, juga menangkap anjing tak bertuan yang selanjutnya dirawat di tempat penangkaran sementara.
Lokasi penangkaran memanfaatkan bekas Kantor Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) yang berlokasi Banjar Blungbang, Kelurahan Kawan Bangli.
Sejumlah anjing liar yang kerap berkeliaran di Kantor Pemda Bangli telah diamankan petugas Dinas PKP. Total ada delapan ekor anjing yang selanjutnya direlokasi sementara di Shelter yang berlokasi di eks kantor Dinas PKP.
Kepala Dinas PKP Bangli I Wayan Sarma mengatakan, di eks Kantor Dinas PKP terdapat shelter untuk pengembangan Anjing Kintamani. Shelter tersebut kini diisi sejumlah anjing liar yang dievakuasi dari areal Kantor Bupati Bangli.
“Sesuai data yang diperoleh sejatinya total ada 10 ekor anjing yang kerap berkeliaran di kantor Pemda Bangli. Kemudian dari hasil penelusuran, hanya ditemukan delapan ekor yang selanjutnya direlokasi,” ungkapnya, Minggu (2/7/2023).
Wayan Sarma mengaku bahwa pihaknya bekerjasama dengan yayasan BAWA (Bali Animal Welfare Assosiation) untuk merelokasi anjing-anjing tersebut. Menurutnya, petugas rutin memantau dan memberi makan anjing-anjing tersebut.
“Penampungan itu sifatnya sementara. Sehingga anjing liar yang mampu direlokasi jumlahnya masih terbatas. Ada beberapa ekor anjing yang sudah diadopsi,” ungkapnya.
Disinggung membuat penampungan anjing liar, kata Wayan Sarma memang rencana ke arah tersebut ada. Hal ini sebagai bentuk penjabaran Perda Provinsi Bali No 15 tahun 2009 tentang penanggulangan rabies. “Dari berbagai kasus yang terjadi penyebaran dominan dari anjing liar,” tegasnya.
Sementara ini belum ada kabupaten/kota di Bali yang punya shelter semacam itu. Perlu dikaji lebih dalam mengenai biaya operasional perawatan hingga makan anjing, dan harapannya Dinas PKP kerjasamakan dengan komunitas pecinta anjing.
”Tentu pembangunan shelter ini masih perlu didiskusikan lebih lanjut sampai matang,” ujarnya. (750)