Dampak ASF,  Bibit Babi di Bangli Tidak Laku

Salah satu peternak babi di Bangli.

BANGLI | patrolipost.com – Di tengah  semakin membaiknya harga daging babi, justru  sebaliknya  haga jual bibit babi mengalami penurunan. Turunnya harga serta sepinya permintaan  bibit babi karena  dampak dari penyebaran virus African Swine Fever (ASF)  atau demam babi Africa.

Menurut  salah seorang peternak  sekaligus  penyedia bibit babi, Nengah Wawa, pasca merebaknya  penyebaran  penyakit ASF  banyak peternak mengosongkan kandangnya. Dampaknya permintaan akan bibit babi menurun.

“Permintaan menurun sehingga berdampak pada harga bibit babi turun drastis ”ujar Nengah  Wawa, Kamis (21/5/2020).

Kata  Nengah Wawa, dalam kondisi normal untuk bibit  dengan usia babi 50 – 60 hari  laku terjual Rp 500- Rp 600 ribu  per ekornya. Sementara dalam kondisi  saat ini harga bibit berkisar Rp 200 ribu per ekornya. Biasanya  untuk bibit babi diambil oleh  peternak  dari luar daerah.

“Walaupun harganya turun permintaan bibit babi sangat lesu,” ujar peternak babi asal Dusun Tanggahan Tengah, Desa Demulih, Kecamatan Susut ini.

Saat ini Nengah Wawa mengaku memelihara 15 induk babi dan masih memelihara 30 ekor bibit babi siap jual. Dengan jumlah babi sebanyak itu kata Nengan Mawa untuk biaya pakan saja  menghabiskan sekitar Rp 300 ribu per harinya.

Terpisah Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan  dan Perikanan Bangli, I Wayan Sarma mengatakan sejak bulan April penyebaran ASF sudah mulai mereda. Namun demikian sejak dua minggu terakhir memang masih ada kematian babi  tapi  jumlahnya tidak besar.

“Kematian satu, dua ekor babi masih  ada,” ujar  Kadis asal  Kecamatan Tembuku ini.

Lanjut Wayan Sarma, sejauh ini belum ada vaksin untuk mengatasi ASF, untuk menekan angka kematian babi pihaknya mengedukasi para peternak kaitannya untuk pencegahan. Untuk pola pencegahan dapat dilakukan lewat sterilisasi kandang  melakukan pemantauan terhadap lalu lintas  ternak  dan pelarangan masuknya daging babi dari luar.

”Limbah dari daging babi yang terkontaminasi ASF  dan  bisa sebagai  media  penularan,” jelasnya.

Disinggung terkait lesunya harga bibit babi, kata Wayan Sarma, tidak bisa lepas dari penyebaran penyakit ASF. Untuk memutus mata rantai penyebaran, maka pihaknya menyarankan  bagi peternak yang sempat babinya terserang ASF  untuk mengosongkan kandangnya sampai batas waktu 6 bulan.

“Untuk sementara waktu peternak mengosongkan kandang, sehingga berdampak pada permintaan bibit babi,” ungkapnya. (750)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.