KUTA | patrolipost.com – Desa Adat Tuban, Kuta Kabupaten Badung melalui rapat terpadu memutuskan untuk memangkas sejumlah prosesi ritual jelang Nyepi Caka 1941. Tradisi mapeed melasti dan parade ogoh-ogoh ditiadakan untuk mencegah penyebaran Virus Corona.
Bendesa Adat Tuban, I Wayan Mendra dikonfirmasi, Selasa (17/3/2020) menyatakan, segala ritual terkait perayaan Nyepi tetap diselenggarakan, hanya saja tidak melibatkan seluruh warga adat.
“Hasil rapat kami sepakat melaksanakan Nyepi dengan sederhana, jadi bukan ditiadakan semua prosesi tetap jalan tapi tidak melibatkan banyak krama,” ujarnya.
Menurutnya, penyederhanaan ritual Nyepi akan diawali dari prosesi melasti hingga malam pangrupukan. Selama prosesi ini diputuskan tanpa menyertakan seluruh masyarakat adat.
“Kami tidak melaksanakan mapeed juga krama yang ikut melasti nanti adalah perwakilan sekitar 100 orang yang biasanya itu mencapai puluhan ribuan orang,” papar mantan anggota DPRD Badung dari Partai Demokrat ini.
Melasti juga tidak mengusung pratima atau sesuhunan dalam wujud barong, rangda dan tapakan lainnya. “Nanti pratima tidak lunga ke segara, jadi yang terlibat sedikit prajuru, mangku, serati dan sekaa gong tetap kita libatkan,” katanya.
Untuk puncak Tawur Kesanga yang biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh tidak dilaksanakan. Ogoh-ogoh akan dikumpulkan dicatus pata Desa Adat Tuban untuk dilakukan guna diupakarai prayascita. Setelah ogoh-ogoh dipelaspas dilanjutkan pralina setelah itu ogoh-ogoh kembali dibawa ke banjar masing-masing.
“Jadi, telah disepakati tidak ada parade ogoh-ogoh pada Nyepi ini,” pungkas Wayan Mendra.
Langkah drastis ini dilakukan Desa Adat Tuban menyusul adanya surat edaran (SE) dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung yang intinya berisi imbauan dalam rangkaian hari raya Nyepi tahun Caka 1942, yang mencakup pemelastian, tawur kesanga dan parade ogoh-ogoh.
Surat edaran ini ditujukan kepada Camat, Perbekel dan Lurah, serta Bendesa Adat se-Kabupaten Badung. Ada tiga poin dalam Surat Edaran No 454/1792/Dishub/Sekret, tertanggal 16 Maret 2020, yang ditandatangani Sekretaris Daerah Badung I Wayan Adi Arnawa.
Poin pertama, rangkaian upacara melasti, tawur agung kesanga dan pengerupukan (ogoh-ogoh) dilaksanakan dengan tertib, dan diupayakan untuk dilaksanakan dengan terbatas di lingkungan setempat.
Poin kedua, upacara melasti agar dilaksanakan di lingkungan setempat (beji/segara) dan diharapkan kepada perbekel/Bendesa Adat agar memandu kelancaran dan ketertiban pelaksanaannya.
Poin ketiga, pengerupukan dan pengarakan ogoh-ogoh agar dilaksanakan di lingkungan Desa Adat/Banjar Adat saja. Perbekel dan Bendesa Adat/Kelihan Banjar Adat dan Dinas dimohon memantau kesehatan sekaa teruna pengusung ogoh-ogoh, serta peserta garapan tari/tabuh.
Pengerupukan diharapkan sudah selesai pukul 23.00 Wita. Seusai pengerupukan, para Bendesa Adat dan prajuru Bendesa Adat agar mengarahkan sekaa teruna dan masyarakat untuk ke rumah masing-masing dan melakukan bersih-bersih diri (mencuci tangan dan membersihkan badan) untuk keeseokan harinya melaksanakan Catur Brata Penyepian dengan tertib.
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Badung I Gde Eka Sidarwitha berharap surat edaran ini dipatuhi oleh semua pihak untuk mencegah mewabahnya virus Corona di Kabupaten Badung.
“Surat edaran ini sebagai tindak lanjut surat edaran Bupati Badung tentang panduan tindak lanjut pencegahaan penyebaran corona di lingkungan Pemkab Badung,” kata Sudarwitha, Selasa (17/3/2020).
Secara khusus untuk upacara melasti, mantan Camat Petang ini meminta agar upacara melasti dilaksanakan pada lingkungan beji (sumber air) terdekat. “Kegiatan melasti kami juga imbauan agar satu keluarga cukup diwakili oleh satu orang saja,” katanya. (643)