DENPASAR | patrolipost.com – Pemerintah Kota Denpasar menggelar Dharma Santi Nyepi Caka 1943 di Dharma Negara Alaya, Kreatif Hub Denpasar, Jumat (2/4/2021). Dharma Santi Nyepi Caka 1943 ini dibuka langsung Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Wakil Wali Kota, I Kadek Agus Arya Wibawa.
Selain diisi dengan Dharma Wacana oleh Dr I Komang Indra Wirawan, kegiatan ini juga diisi dengan pembacaan sloka dan Tari Bapang Barong yang tetap pada disiplin Protokol Kesehatan. Tampak hadir pula Ketua WHDI Denpasar, Ny Sagung Antari Jaya Negara, Ketua PHDI Kota Denpasar Wayan Kenak, Kementerian Agama Kota Denpasar, Peradah, hingga OPD terkait.
Dalam kesempatan tersebut, Walikota Jaya Negara menyampaikan bahwa acara Dharma Santi Kota Denpasar tahun ini berlangsung di tengah pandemi Covid-19. Adanya pandemi ini telah memberikan pengalaman penting dari adaptasi kebiasaan baru melalui penerapan prokes sebagai suatu keharusan untuk diterapkan dalam kegiatan keseharian.
“Kolaborasi dalam harmoni menuju Indonesia maju” sebagai tema Dharma Santi Nasional Hari suci Nyepi Caka 1943, marilah saling membangun sinergitas dalam segala lini kehidupan kita. Di samping itu sebagai umat Hindu untuk selalu memegang teguh ajaran Tat Twam Asi, dia adalah aku dan aku adalah dia,” ujar Jaya Negara.
Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan ini ke depannya dapat menjalin silahturahmi yang baik sesama manusia tanpa memandang fisik, agama, suku, ras, dan perbedaan lainnya, sesuai dengan pengamalan ajaran Vasudhaiva Kutumbakam yang menekankan arti penting parsaudaraan sejati.
“Oleh karena itu, sinergitas antara pemerintah dan lapisan masyarakat seperti organisasi, komunitas, yayasan, lembaga sosial dan adat, serta pihak swasta lainnya sangat diperlukan saat ini, khususnya pada sektor-sektor yang sangat terdampak pandemi,” terangnya.
Sementara dalam Dharma Wacana, Dr I Komang Indra Wirawan menjelaskan bahwa perayaan Hari Suci Nyepi sebagai upaya mulat sarira serta introspeksi diri. Terutama di dalamnya terdapat Catur Bratha Penyepian, salah satunya adalah Amati Geni yang bukan berarti tidak boleh menghidupkan api.
“Namun hal mendalam yakni bagaimana mampu memendam api kemarahan dalam diri melalui pengendalian dalam diri,” jelasnya.
Terkait hal ini, pengamalan ajaran Vasudhaiva Kutumbakam sebagai arti penting dalam menyama braya terlebih dalam situasi kondisi perkembangan zaman saat ini.
“Hari Suci Nyepi dimaknai sebagai mulat sarira, agar bisa menjalankan ajaran agama yang dapat mengimplementasikan Catur Bratha Penyepian yang memang sangat sulit dilaksanakan. Namun kita dapat selalu menghindari kemarahan serta selalu cerdas dalam perjalanan hidup berdasarkan Tat Twam Asi,” tuturnya. (cr02)