NUSA PENIDA | patrolipost.com – Masyarakat Banjar Angkal, Desa Suana, Nusa Penida saat ini patut berbangga karena mereka bisa mengkonsumsi air dengan kualitas layak. Hal itu terakomodir berkat kepedulian yang dilakukan oleh Yayasan Kopernik dalam menjalankan programnya di Banjar Adat Angkal, Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida.
Dimana kepedulian Yayasan Kopernik ini mengolah air payau dengan menggunakan mesin Sea Water Reverse Osmosis mengubah air sumur yang terasa payau menjadi layak minum yang biasa dijual dalam bentuk galonan. Namun yang menarik dimana air minum dalam galon ini, bukan dibayar dengan uang semata, melainkan bisa ditukar dengan sampah plastic, gelas maupun sampah logam yang dikumpulkan warga. Terlebih dahulu sampah ditimbang kemudian dinilaikan dengan harga jenis sampah yang berbeda-beda.
“Terimakasih kepada Yayasan Kopernik yang telah membantu kami mesin SWRO yang merubah air payau menjadi air layak minum yang telah melalui serangkaian filterisasi dan sterilisasi serta sudah melalui uji di laboratorium layak untuk dikonsumsi. Kami berharap usaha air minum yang bisa ditukar dengan sampah plastik bisa dimanfaatkan masyarakat”, kata Gede Astina selaku Manager Pengelolal air hasil desalinasi, pada Senin (15/2/2021) lalu saat peresmian desalinasi air Angkal tersebut.
Sementara itu Egi Ergianto dari Yayasan Kopernik mengungkapkan masalah Nusa Penida adalah air dan sampah, atas dasar itu Yayasan Kopernik menggabungkan program air minum ditukar dengan sampah itu direalisasikan.
“Masalah air di Nusa Penida kami temui menjadi masalah pokok. Begitupula penampung-penampung sampah relative masih sedikit, karenanya program air desalinasi air angkal ini direalisasikan. Harapannya bisa ditiru masyarakat lainnya”, kata Egi Ergianto.
Sementara itu saat peresmian Camat Nusa Penida yang diwakili Kasi Tata Pemerintahan Wayan Sudarma berharap agar program semacam ini bisa berkelanjutan.
“Program semacam ini sangat bagus sekali untuk masyarakat. Kami berharap program ini bisa berkelanjutan dan bisa ditularkan kepada masyarakat”, kata Wayan Sudarma optimis. (855)