SINGARAJA | patrolipost.com – Di tengah upaya pemerintah melakukan perbaikan ekonomi di semua sektor terutama pasca Covid-19, mencuat kabar tidak sedap adanya ratusan ekor babi mati akibat terserang penyakit. Kabar kematian ratusan ekor babi itu dikhawatirkan bakal mengganggu ekonomi petani ternak dalam upaya membangun ketahanan pangan setelah sebelumnya KO dihajar isu penyakit kuku dan mulut (PMK).
Seperti dilansir Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian, dan Statistik (Kadis Kominfosanti) Kabupaten Buleleng dalam rilisnya Minggu (7/5/2023), ratusan babi tersebut mati secara bertahap terjadi sejak Januari 2023 terjadi di Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan. Disebutkan kematian babi-babi itu terindikasi akibat diserang virus Hog Kolera atau dikenal dengan Classical Swine Fever (CSF).
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta menyayangkan peristiwa itu dan mengajak agar selalu berkoordinasi antara pengusaha ternak babi dalam skala besar maupun kecil sehingga kejadian tersebut dapat ditangani dengan cepat dan dicegah lebih dini.
“Peristiwa kematian ratusan babi di perusahaan swasta di bidang ternak babi tersebut terjadi secara bertahap mulai dari Januari dengan total kematian 400-an ekor babi dari total 1300 ekor babi yang dimiliki perusahaan swasta dan sisa babi yang masih sehat lainnya telah dijual karena kondisinya dinyatakan masih layak untuk dikonsumsi,” terang Made Sumiarta.
Sebelumnya bibit babi yang mati tersbut dibeli dari luar Buleleng dan selanjutnya dilakukan penggemukan melalui proses adaptasi pengenalan pakan dan kondisi kandang. Ternyata selama proses penggemukan babi tersebut mengalami diare dan nafsu makan menurun. Dan itu yang menyebabkan kematian babi dengan dugaan terkena virus CSF.
“Kondisi sekarang dikandang sudah tidak ada babi yang dipelihara karena dari pihak perusahaan masih takut terjadi seperti kejadian bulan kemarin,” imbuhnnya.
Dengan adanya kasus tersebut, Sumiarta menjelaskan telah mengambil langkah Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada pelaku usaha ternak babi di Buleleng terutama penanganan kandang babi yang harus rutin dibersihkan dan dibantu dari petugas terkait menyemprotkan disinfektan. Tidak hanya itu, dengan diberikan asupan vitamin rutin diberikan selain upaya pencegahan berupa vaksinasi langsung ke hewan.
Alhasil, hingga saat ini sesuai dengan monitoring rutin yang dilakukan Distan Buleleng belum ada laporan kematian lagi dari peternak babi baik skala besar dan skala kecil yang dominan memelihara bibit babi lokal Buleleng.
“Kita ingin menciptakan situasi aman dengan bersinergi bersama antar seluruh stakeholder, karena ini ternak babi Bali yang merupakan sektor andalan dalam penjualan keluar daerah, jangan hanya karena penyakit ini menjadikan pengiriman dalam daerah atau keluar bisa terhambat,” tandasnya. (625)