LABUAN BAJO | patrolipost.com – Tiga orang karyawan dan tenaga kesehatan (nakes) Rumah Sakit (RS) Siloam Labuan Bajo diketahui terkonfirmasi positif Covid-19. Ketiganya saat ini menjalani karantina mandiri, salah satu ditempatkan di kosan. Mengetahui hal itu, pemilik kosan protes karena dinilai membahayakan penghuni kosan yang lain.
Informasi tentang staf RS Siloam positif Covid-19 diakui Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Mabar, Yohanes Johan AMd. Ketiga staf ini dinyatakan positif Covid-19 tanpa gejala berdasarkan hasil swab test berbasis PCR yang diadakan Rumah Sakit Siloam.
“Tadi mereka (Siloam Labuan Bajo) kirim ke kita ada 3 orang yang positif tanpa gejala dan isolasi mandiri. Hasil positif itu berdasarkan hasil test swab mandiri di RS Siloam,” jelas Yohanes Johan, saat dihubungi melalui aplikasi WhatsApp, Selasa (12/1/2021).
Informasi yang dihimpun media ini, salah seorang tenaga kesehatan (nakes) Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo melakukan karantina Mandiri di kos – kosan, milik Sudisman. Awalnya Sudisman mengaku tidak mengetahui jika salah seorang penghuni kosnya terkonfirmasi Covid 19. Namun ia kemudian diberitahukan oleh anaknya bahwa salah seorang penghuni kos telah terkena Covid -19.
Informasi ini sebetulnya telah disampaikan oleh salah seorang teman pasien bernama Tari kepada istri Sudisman, namun tidak diteruskan kepada Sudisman.
“Saya tidak tau selama ini kalau salah satu penghuni kos ada yang kena Covid-19. Siloam juga tidak berikan informasi,” ujar Sudisman.
Sudisman mengaku kecewa dengan sikap manajemen Siloam Labuan Bajo yang terkesan lepas tangan dengan menyarankan tenaga medis yang terkena Covid -19 menjalani dikarantina di kos – kosan. Hal ini menurutnya tentu sangat membahayakan lingkungan sekitar. Khususnya anak-anak kecil yang sering bermain – main di sekitaran kosan miliknya tersebut.
“Sebenarnya mereka (Siloam) harus kasih tau saya. Antisipasinya bagaimana. Itu rumah sakit besar, tapi kenapa tidak karantina di sana saja. Masalahnya ada anak – anak di sini, keponakan saya juga sering main – main di situ. Bagaimana kalau mereka juga kena?” tanya Sudisman.
Sementara itu, sejak karyawannya terkena Covid-19, salah seorang teman pasien tersebut diketahui pindah kamar. Pihak RS Siloam juga diketahui sering mengantarkan makanan kepada karyawannya yang positif Covid-19 tersebut.
“Selama ini mobil dari RS Siloam sering antar makanan buat dia (pasien Covid-19). Itu pagi, siang dan sore. Selain itu teman kamarnya juga sudah pindah kamar ke lantai dua. Mungkin sejak temannya sudah kena Covid-19 itu,” ujar anak Sudisman.
Terkait hal ini, Sudisman pun mengaku akan bertemu dengan manajemen Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo guna mempertanyakan alasan pasien tersebut tidak dikarantina di Rumah Sakit Siloam.
“Kalau saya tau sudah lama, saya pasti sudah lapor di Siloam itu. Itu Rumah sakit besar, tapi kenapa tidak karantina di sana saja. Saya takut kalau di sini (karantina). Banyak anak – anak disini. Esok saya mau ke Siloam, tanya soal ini,” ujarnya.
Sementara itu saat dimintai keterangan terkait hal ini, Direktur Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo, dr Hermes menjelaskan, pihaknya akan memberikan keterangan pada Kamis (14/1/2021).
“Penjelasan tentang hal-hal ini kami sampaikan hari Kamis pukul 10.00 di Rumah Sakit,” ujar dr Hermes melalui aplikasi WhatsApp, Selasa (12/1/2021) malam.
Sementara itu, informasi yang berhasil dihimpun oleh media ini, diduga pihak Rumah Sakit Siloam tidak jujur melaporkan jumlah staf atau tenaga medis yang terkonfirmasi positif Covid -19 berdasarkan hasil Swab test Mandiri Siloam Labuan Bajo.
Selain ketiga orang yang telah dilaporkan ke Dinas Kesehatan Manggarai Barat, diduga masih terdapat sejumlah tenaga medis dan staf yang telah dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19, namun tidak dilaporkan ke Dinkes Mabar. Mereka diketahui juga tengah melakukan proses karantina mandiri di kos – kosan dan tempat tinggal masing-masing.
“Lebih dari tiga orang Kae (Kakak), hanya pastinya saya tidak tau berapa jumlahnya. Semuanya menjalani isolasi mandiri,” ujar salah seorang pegawai Siloam Labuan Bajo yang namanya enggan untuk dipublikasikan. (334)