DENPASAR | patrolipost.com – Bali sebagai destinasi wisata internasional yang banyak dikunjungi wisatawan, dimana Bali dua kali menjadi sasaran aksi terorisme yang berimbas pada anjloknya perekonomian. Hal ini disebabkan akibat adanya paham yang menganggap bahwa dirinya paling benar sehingga melakukan aksi terorisme dan menganggap hal tersebut merupakan syariat islam.
Untuk mengantiasi paham-paham tersebut terus berkembang, Direktorat Intelkam Polda Bali menggelar Focus Group Discussion (FGD) tentang penanggulangan radikalisme dengan thema; Penanggulangan Radikalisme dan Terorisme di Wilayah Bali di Denpasar, Kamis (4/12/2019).
“Masyarakat Bali adalah masyarakat yang wellcome dengan tidak memandang bagaimana para pendatang tersebut. Agar perwakilan yang hadir dapat menyampaikan output FGD ini kepada rekan-rekannya untuk mencegah aksi terorisme,” ujar Direktur Intelkam Polda Bali, Kombes Pol Wahyu Suyitno.
Dikatakan Suyitno, polisi yang ada di Polda Bali belum mampu mencakup seluruh wilayah Bali sehingga membentuk tim – tim khusus guna mencakup potensi kerawanan, khususnya aksi terorisme yang ada di wilayah Bali. “Mari bersama-sama menjaga situasi Kamtibmas di wilayah Bali. Para pelaku terorisme tinggal pada tempat-tempat yang terpencil, sehingga sulit terlacak dan hal tersebut memerlukan bantuan dari seluruh elemen masyarakat,” katanya.
Kepala Kesbangpol Provinsi Bali, I Gusti Agung Ngurah Sudarsana mengatakan, paham radikal adalah paham orang yang tidak beragama, dimana orang-orang tersebut mengambil ayat-ayat untuk melakukan pembenaran. Contohnya, kata “hijrah” digunakan untuk melakukan pembenaran terhadap aksi radikal yang dilakukan.
“Pancasila adalah ideologi yang harus kita sepakati bersama. Dimana Pancasila pertama Ketuhanan yang Maha Esa telah disepakati oleh seluruh masyarakat Indonesia dan bukan menggunakan piagam Jakarta. Kesbangpol akan membuat sebuah program untuk masyakat Bali yang bertujuan untuk pelaporan Kamtibmas. Bali telah sejak dulu melaksanakan toleransi,” ungkapnya. (007)