MANGUPURA | patrolipost.com – Peristiwa tragedi Bom Bali I sudah 21 tahun berlalu. Namun, ingatan itu masih tergambar jelas dari para penyintas dan keluarga para korban.
12 Oktober 2022 lalu menjadi cerita kelam yang pernah terjadi di Pulau Dewata, tepatnya di Jalan Legian, Badung. Sebuah bom mobil meledak dan menewaskan ratusan orang.
Mengenang peristiwa itu, Penjabat (Pj) Gubernur Bali SM Mahendra Jaya mengajak untuk berdamai dengan masa lalu. Tanpa harus melupakan dan mendoakan para korban tak berdosa.
“Mari kita semua berdamai dengan masa lalu. Peristiwa ini tentu memberikan kita pilihan untuk terus berada dalam kebencian atau berubah dan bertransformasi,” ucap Mahendra Jaya dalam Doa Bersama di Ground Zero, Legian, Kamis (12/10/2023).
Lebih dari dua dasawarsa tragedi kemanusiaan itu berlalu. Namun, pengingat akan peristiwa memilukan itu, menurut Mahendra Jaya, terus menjadi perenungan penting agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Di sisi lain, Mahendra Jaya mengingatkan pentingnya sebuah kawasan wisata dunia seperti Bali, sangat tergantung pada faktor-faktor keamanan.
“Bali sangat berkepentingan dengan keamanan. Orang berwisata tentu perlu rasa keamanan, bebas dari rasa ketakutan,” katanya.
Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Hasto Atmojo Suroyo mendorong agar korban tindak pidana terorisme mendapatkan perhatian dari negara.
Hanya saja, menurut Atmojo, pemberian kompensasi hanya berlaku 3 tahun setelah kejadian. Disebutkan, selama ini negara menyalurkan kompensasi untuk korban dan penyintas Bom Bali 1 dan 2 sebesar Rp 14 miliar.
“Hal ini perlu jadi perhatian, mungkin ada pengajuan judicial review karena sudah sepantasnya negara hadir dan tuntas membantu para penyintas dan korban terorisme,” katanya.
Selain doa bersama, acara juga ditandai peletakan karangan bunga di Monumen Bom Bali (Ground Zero) serta tabur bunga.
Di Ground Zero Legian, hadir mantan Gubernur Bali yang juga anggota DPD RI Made Mangku Pastika dan Kepala BNPT Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel.
Sejumlah Konsulat Jenderal Negara Sahabat yakni AS, Australia, Jepang dan Inggris Raya, juga ikut dalam peringatan tersebut. (pp03)