MIMIKA | patrolipost.com – Ratusan peluru, 1 senjata rakitan, 3 busur, dan 90 anak panah. Itulah sebagian barang yang berhasil disita tim gabungan TNI-Polri dari salah satu persembunyian kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Mimika, Papua.
Dua anggota KKB juga ditembak mati dalam penegakan hukum Kamis malam (9/4). ”Keduanya ditembak lantaran melakukan perlawanan dan hendak menembak petugas. Sehingga dilakukan tindakan tegas dan terukur,” tutur Kapolres Mimika AKBP I Gusti Era Adhinata melalui rilis yang diterima kepada Cenderawasih Pos kemarin (10/4).
Selain itu, lanjut Era, seorang anggota KKB yang berinisial IS diamankan dari tempat kejadian perkara (TKP). Sedangkan beberapa personel KKB lainnya lari ke hutan dengan membawa empat senjata tanpa membawa barang-barang lain.
Dari Jayapura, Kabidhumas Polda Papua Kombespol A.M. Kamal menambahkan, selain peluru, senjata, busur, dan anak panah, disita pula 20 handphone, 2 handie-talkie, 3 bendera ”Bintang Kejora”, dan 3 kapak. ”Ada juga tujuh senapan angin.”
Kamal menyebutkan, penyergapan Kamis malam lalu itu bermula dari penangkapan enam pemasok logistik KKB. ”Saat didalami, mengarah pada kamp atau tempat persembunyian KKB,” terangnya.
Era mengatakan, kamp di Jalan Trans-Nabire, Kampung Jayanti, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, itu merupakan persembunyian KKB yang telah melakukan penembakan di kantor OB 1 kompleks PT Freeport Indonesia di Kuala Kencana. Kejadian tersebut berlangsung 30 Maret lalu.
Sementara itu, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom menampik bahwa dua orang yang ditembak aparat merupakan anggota organisasinya. Menurut dia, sangat mungkin yang tertembak itu warga biasa. ”Mungkin orang sipil itu,” jelasnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin.
Kendati begitu, Sebby mengakui hingga saat ini belum mendapatkan informasi dari anggota TPNPB-OPM di lapangan. Yang pasti, TPNPB-OPM yang oleh pemerintah disebut KKB akan terus melakukan perlawanan.
Dia mengatakan, seperti sebelumnya, perang akan terus dilakukan untuk mencapai tujuan, yakni referendum bisa dihelat di Papua. ”Ditengahi oleh PBB,” papar lelaki yang pernah berkuliah di salah satu universitas di Jogjakarta tersebut.
Sementara itu, Era menyatakan bahwa pihaknya sudah dapat memetakan lokasi-lokasi kelompok tersebut beserta jaringannya.(305/jpc)