BANGLI | patrolipost.com – Setiap musim penghujan beberapa kali jaringan pipa milik Perumda Air Minum Tirta Danu Arta di bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Melangit diterjang material tebing yang longsor. Akibatnya pasokan air bagi pelanggan jadi terganggu. Proses perbaikan tergantung parahnya kerusakan, bahkan perbaikan sampai makan waktu sepekan.
Berkaca dari realita yang kerap terjadi di musim penghujan, pihak Perumda berencana membangun jaringan baru. Namun diperlukan anggaran mencapai Rp 4 miliar. Terkait hal ini DPRD Bangli siap mendukung dengan catatan setelah melalui kajian yang matang.
Kabag Umum dan Keuangan Perumda Air Minum Tirta Danu Arta, Gusti Agung Jelantik Sutha Baskara mengatakan jalur pipa transmisi sumber mata air Gamongan I, Desa Kayubihi berada di bantaran Sungai Melangit dengan topografi tebing yang tinggi.
Kata Agung Baskara, setiap musim penghujan sering kali tebing yang miliki ketinggian lebih dari 50 meter longsor dan menimpa jaringan pipa.
”Dalam kurun waktu sepekan ini saja sudah dua kali jaringan pipa hancur karena diterjang longsor,” ujarnya, Kamis (30/6/2022).
Kata Gusti Agung Baskara hancurnya jaringan pipa mengakibatkan ribuan pelanggan tidak dapat suplay air. Menyikapi masalah klasik tersebut, pihaknya berencana membangun jaringan baru. Dimana untuk jaringan baru ini pipa tidak lagi mengeliling tebing, namun dipasang dekat sumber dan air langsung didorong ke atas dengan menggunakan tenaga mesin pompa. ”Saat ini untuk pendorong gunakan daya grafitasi,” sebutnya.
Kabag asal Banjar Gunaksa, Kelurahan Cempaga ini menambahkan, untuk membangun jaringan baru butuh anggaran yang tidak sedikit. Pembangunan jaringan baru ini sifatnya sebagai penyeimbang artinya jika jaringan pipa lama rusak, maka pendistribusian air lewat jaringan yang baru, sehingga layanan bisa tetap normal.
”Butuh anggaran sekitar Rp 4 miliar untuk bangun jaringan baru, melihat kondisi Perumda tentu perlu support dari pemerintah,” ungkapnya.
Di sisi lain Ketua DPRD Bangli Ketut Suastika mendukung langkah yang diambil perusahaan daerah tersebut. Namun demikian politisi PDI-P ini mengingatkan rencana tersebut harus melalui kajian yang matang dengan melihat dari segi ekonomi apalagi kegiatan menyerap anggaran miliaran rupiah.
Politisi asal Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku ini bertanya apakah membuat jaringan baru merupakan satu-satunya solusi mengatasi masalah yang kerap terjadi.
“Perlu dipikirkan kembali apakah ada solusi lain, jika itu satu- satunya jalan apakah ada jaminan air akan mengalir normal terutama masuk musim penghujan,” sebut Ketut Suastika. (750)