SINGARAJA | patrolipost.com – Siapa menyangka desa yang sebelumnya menjadi salah satu penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisatan tiba-tiba terpuruk pada titik paling rendah. Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali salah satu desa yang paling parah terdampak setelah pariwisata Bali terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Virus asal Wuhan China itu menjadi mimpi buruk bagi sekitar 70 persen masyarakat setempat yang menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata. Banyak warga kelimpungan setelah satu persatu hotel di kawasan wisata yang diminati turis Eropa itu tutup satu-satu.
Warga yang dirumahkan atau di PHK awalnya gamang karena tidak tahu harus berbuat apa untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Kepala Desa/Perbekel Desa Pemuteran I Nyoman Arnawa mengaku warganya sulit move on akibat kehilangan mata pencaharian karena sangat tergantung dengan penghasilan dari pariwisata. Banyak yang kemudian menjadi buruh bangunan, buruh tani, nelayan hingga bekerja serabutan untuk bertahan hidup.
“Jumlah warga kami seluruhnya 11 ribu jiwa, 70 persen diantaranya bekerja di pariwisata tak terbiasa bekerja selain di sektor wisata. Yang 30 persen beragam mulai petani, nelayan hingga pegawai. Nah, setahun pandemi Covid-19 berlangsung, satu persatu hotel dan restoran rontok,” kata Arnawa, Senin (14/2).
Arnawa mengaku sejak hotel, restoran dan home stay ditutup total secara otomatis tidak ada lagi sumber penghasilan warganya, dan itu terjadi massal dan serentak. Cukup lama tidak ada yang bisa dilakukan dan warganya lebih banyak bergantung dari bantuan berupa sembako dan berbagai stimulan bantuan pemerintah.
Pelan namun pasti, menurut Arnawa, sebagian warganya eks pekerja pariwisata itu mulai mengubah mind seat. Banyak yang kemudian membangun industry kuliner untuk memancing kedatangan wisatawan lokal.
“Ada bekas pemilik dan manejer hotel membuat industry kuliner semacam usaha mikro kecil menengah (UMKM) dengan konsep alam sehingga pelan-pelan ekonomi di desa itu sedikit bergeliat. Tenaga kerja lokal mulai sedikit terserap,” ucap Arnawa.
Arnawa merujuk salah satu unit usaha kuliner yang tengah dibangun oleh warganya bernama Selamet Poni. Industri kuliner bernuansa alam dengan brand ‘Sendang Garden, Food Court’ digagas pria berlatar belakang militer itu menyerap sebanyak 35 tenaga kerja lokal. Lokasinya,di kawasan pertanian Sendang Pasir, Pemuteran, dikonsep menyatu dengan alam sekitar dan menyajikan panganan khas lokal dari hasil petani sekitar.
“Kawasan pertanian Sendang Pasir dengan pertaniannya salah satu penyelamat ekonomi warga kami. Banyak yang bisa bertahan karena hasil pertanian di daerah itu. Dan sekarang muncul UMKM berbasis potensi local, Saya sangat mendukung karena merangkul warga untuk ikut bekerja,” ucapnya.
Sementara itu, Selamet Poni, penggagas berdirinya Sendang Garden Food Court mengaku sedang merintis usaha itu di tengah terpuruknya ekonomi. Pria berpangkat Kapten TNI AD itu bersama istrinya seorang bidan, lama merenung melakukan usaha yang bisa dilakukan sembari membantu warga yang banyak kena PHK akibat pandemi Covid-19.
“Karena saya senang kuliner, maka tergerak untuk membangun usaha kuliner yang terjangkau, murah dan lokasinya bisa untuk bersantai. Terlebih banyak pengangguran yang memiliki keahlian di bidang kuliner yang bisa diajak berkolaborasi,” kata Selamet.
Selamet mengaku berkomitmen membangun usaha kulinernya itu dan sebanyak mungkin memanfaatkan tenaga kerja yang sebelumnya banyak menganggur pasca terkena PHK.
”Kami mencoba bersama puluhan tenaga kerja yang sebelumnya menganggur untuk bergabung membangun usaha ini. Saya berharap usaha ini bisa berjalan dan bisa menginspirasi setidaknya Desa Pemuteran kembali bisa bergeliat,” tandas Selamet Poni. (625)