Perbaikan instalatir petugas PLN.
BULELENG | patrolipost.com – Program Electrifying Agriculture PLN merupakan dukungan PLN di sektor pertanian di masa pandemi Covid-19. Tujuannya tak lain untuk memudahkan petani tingkatkan produktivitas dengan memanfaatkan mesin pendukung pertanian berbasis listrik yang lebih ramah lingkungan di Buleleng, Senin (20/9/2021).
Program Electrifying Agriculture yang digagas PLN telah memberikan kemudahan bagi petani-petani yang sebelumnya masih menggunakan mesin-mesin berbasis bahan bakar fosil dalam mendukung usaha pertaniannya. Selain lebih ramah lingkungan, menggunakan mesin-mesin berbasis listrik juga terbukti mampu meningkatkan produktivitas dan lebih efisien.
Manfaat inilah yang telah dirasakan langsung oleh para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Sari Bumi Asih, Desa Sanggalangit, Gerokgak, Buleleng. Nyoman Budiastika yang merupapakan Ketua Subak Sumur Bor Sari Bumi Asih ini awalnya menggunakan pompa air dengan energi listrik yang bersumber dari diesel dengan berbahan bakar solar untuk mengairi lahan persawahannya.
“Ini menyulitkan karena saat ini jumlah pembelian solar sudah dibatasi, padahal saat ini musim kering sehingga frekuensi penyiraman harus ditingkatkan, belum lagi harga solar yang tinggi merupakan beban bagi kami para petani,” jelas Nyoman.
Nyoman yang merupakan pemilik lahan seluas 35 ha ini, kini menikmati kemudahan memperoleh air setelah dilakukan penyalaan listrik untuk kelompoknya sebesar 23.000 VA.
“Yang kami rasakan kini setelah menggunakan listrik dari PLN adalah pengeluaran biaya untuk sumber energi pompa air dapat dihemat hingga 50%, selain itu kami tidak ada biaya perawatan yang sebelumnya ada biaya perawatan mesin diesel. Semoga dengan menggunakan listrik PLN ini dapat membantu para petani, terimakasih PLN,” ungkapnya.
Tidak hanya Nyoman, manfaat dari program ini juga dirasakan oleh I Wayan Seger, pemilik UD Sari Murni Utama Desa Bengkel, Kediri, Tabanan. Dirinya memanfaatkan pemasangan listrik sebesar 82.500 VA untuk Polisher atau untuk memisahkan beras dari kulit arinya atau dedak sehingga akan dihasilkan beras yang lebih bersih dan lebih putih.
“Sebelumnya kami menggunakan mesin disel 80 PK, namun pasokan solar sebagai bahan bakar utama diesel makin sulit kami penuhi, sehingga kami beralih ke listrik,” jelas Wayan.
Menurutnya setelah menggunakan mesin berbasis listrik, pekerjaan lebih nyaman karena mesin tidak mengeluarkan suara bising layaknya mesin diesel.
“Kami merasa lebih efisien karena sebelumnya menghabiskan Rp 10 Juta untuk membeli solar, sekarang hanya membayar sekitar Rp 6,5 Juta per bulan. Selain itu produktivitas kami juga meningkat, 3 Kg per Kwintal beras sebelumnya menghasilkan 150 Ton per bulan sekarang setelah menggunakan listrik hasilnya 154.5 Ton atau naik 3%,” jelasnya.
Sementara itu General Manager PLN UID Bali, I Wayan Udayana mengatakan bahwa program Electrifying Agriculture ini digagas untuk menjawab tantangan perekonomian yang kini terpuruk akibat pandemi Covid-19.
“Kami ingin mendukung sektor-sektor pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan melalui program ini, sehingga masyarakat dapat menikmati hasil panen yang lebih optimal, biaya produksi yang lebih efisien, dan yang terpenting adalah menggunakan energi yang bersih dan ramah lingkungan,” jelasnya.
Dirinya berharap program Electrifying Agriculture hingga bulan Agustus 2021 di Bali telah dinikmati oleh 551 pelanggan dengan total daya sebesar 3.055.300 VA.
“Kami berharap masyarakat khususnya pelaku usaha di bidang pertanian, perkebunan, peternakan maupun perikanan kedepannya tidak ragu untuk datang ke PLN untuk segera memanfaatkan program ini, beralih ke teknologi yang lebih modern demi peningkatan produktivitas yang secara langsung dapat membangkitkan ekonomi Bali,” pungkasnya. (wie)