BORONG | patrolipost.com – Seorang remaja difabel Elisabet Iming (15 tahun) tidak bisa berjalan dan bicara. Remaja asal Kampung Liang Leso, Desa Watu Mori, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur ini hanya bisa duduk. Hal ini terjadi sejak usia setahun dan sampai saat ini Elisabet belum dapat perhatian pemerintah.
Ibunda Elisabet, Marta Imung kepada wartawan menuturkan, lantaran tak bisa jalan, setiap hari ia mesti digendong ke mana pun ayah dan ibunya pergi.
“Elisabet hanya bisa duduk. Jadinya, ke mana pun kami pergi, dia juga ikut. Terpaksa saya harus gendong dia. Pergi ke kebun pun saya harus gendong dia sambil kerja,” tutur Marta Imung, Senin (4/10/2021) malam.
Lebih susahnya lagi, Elisabet tidak bisa bicara. “Satu kata pun tidak bisa. Kalau dia minta sesuatu, kami hanya bisa hafal dan mengerti dengan gerak tangannya,” kata Marta.
Ia menceritakan, putri mereka itu tak bisa berjalan dan bicara sedari usia 1 tahun. Padahal, anak-anak pada umumnya di usia itu sudah bisa berjalan pelan-pelan dan bicara satu dua kata. Namun, putri mereka tak bisa jalan sama sekali. Berdiri pun tak bisa. Ia hanya bisa duduk.
Seiring berjalannya waktu, Elisabeth tak ada perubahan. Ia bersama sang suami berencana membawa Elisabet ke dokter, tetapi terkendala di biaya.
“Kami ini hanya petani Pak. Mau penuhi kebutuhan sehari-hari saja susah. Apalagi mau bawa anak ke rumah sakit. Jadinya sampai sekarang Elisabeth begini terus. Kami hanya menunggu mukjizat agar dia bisa jalan dan bicara,” ungkapnya.
Lebih lanjut Marta menuturkan, anaknya hanya berteriak sebagai isyarat minta sesuatu ataupun jika buang air.
“Di rumah, kalau mau pindah duduk, dia geser saja. Kalau mau buang air harus dipangku. Itu dia teriak kalau mau buang air dan minta sesuatu,” sambungnya.
Meski sang anaknya mengalami disabilitas, Mama Marta mengaku, belum pernah tersentuh bantuan sosial pemerintah.
“Biasanya kan ada bantuan khusus untuk mereka yang disabilitas fisik begini. Harapannya pemerintah bisa perhatikan anak kami ini. Sekarang ini dia butuh kursi roda,” tutup Marta. (pp04)