DENPASAR | patrolipost.com – Lelang jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama untuk menduduki Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Jembrana memasuki tahap Computer Assesment Test (CAT), Selasa (15/6/2021).
Empat peserta yang ‘bertarung’ meraih jabatan Sekda Kabupaten Jembrana masing-masing, Kepala Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jembrana I Made Dwi Maharimbawa, Inspektur Kabupaten Jembrana Ni Wayan Koriani, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Jembrana I Made Budiasa, dan Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Bali, I Komang Kusumaedi.
Secara administratif, Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Bali memantau setiap tahapan tes. Kepala Keasistenan Bidang Penerimaan Verifikasi Laporan, Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Bali, Dewa Made Krisna Adhi Sanjaya menilai, proses lelang sudah berjalan dengan baik sesuai aturan. Namun, masih ada catatan yang perlu ditingkatkan.
“Masih ada peserta yang datang terlambat, dan juga grogi. Bisa jadi karena terburu-buru,” ujar Krishna di kantor BKD Provinsi Bali, Selasa (15/6/2021).
Proses lelang jabatan di Kabupaten Jembrana ini menurutnya, bisa ditiru oleh kabupaten lain. Menurutnya, jiwa kompetitif perlu ditumbuhkan untuk menciptakan SDM unggul.
“Jiwa kompetitif SDM seperti ini harus digalakkan,” tambahnya.
Sementara, Ketua Panitia Seleksi I Ketut Lihadnyana mengatakan, peserta mengikuti sejumlah tahapan asesmen untuk mengetahui potensi dan juga kompetensi yang dimiliki setiap kandidat.
“Asesmen menjadi salah satu hal penting yang jadi pertimbangan sebagai calon Sekda,” kata Lihadnyana.
Ia menjelaskan, dalam asesmen ini tidak hanya mengukur kejiwaan saja tapi juga ketangguhan, kecepatan, ketepatan dalam mengambil keputusan. Sehingga, calon Sekda yang tengah mengikuti seleksi lelang, perlu memiliki kemampuan manajerial untuk menjalankan program-program kepala daerah.
Selain tahapan CAT, kandidat juga melewati tahapan Leaderless Group Discussion (LGD). Kemudian, dilanjutkan dengan wawancara yang masih terkait dengan assesment. LGD membuat simulasi pemecahan kasus. Peserta akan diberikan kasus tanpa pemimpin.
“Nanti akan dilihat siapa yang cocok menjadi pemimpin, memiliki kemampuan manajerial yang tergambar dalam simulasi itu,” jelas Lihadnyana.
Terkait hasil penilaian rekam jejak, peserta lelang jabatan Ni Wayan Koriani dan Made Budiasa terlihat bersaing ketat. Keduanya meraih nilai sama yakni 92. Lalu, disusul Dwi Maharimbawa dengan nilai 87 dan I Komang Kusumaedi berada diposisi terakhir dengan nilai 68. (pp03)