MANGUPURA | patrolipost.com – Empat peneliti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Denpasar Bali berhasil meraih penghargaan European Union (EU) Star Award yang pertama bagi Indonesia. Dari 700 riset yang berasal dari seluruh dunia, tim panelis ilmiah dan voting dari peserta telah memilih riset BMKG Denpasar Bali bertajuk ‘Dampak Hari Raya Nyepi dalam Pengukuran Parameter Cuaca di Stasiun Pengamatan Sinoptik di Bali’.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket menyerahkan penghargaan European Union (EU) Star Award tersebut kepada 4 peneliti BMKG Denpasar terdiri dari I Putu Dedy Pratma, Pande Komang Gede Negara, Putu Eka Tulistiawan dan I Ketut Sudiarta di Aula BMKG Wilayah III Denpasar, Kuta Badung, Selasa (19/4/2022).
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket mengatakan, penghargaan EU Star Award diprakasai oleh Delegasi Uni Eropa untuk organisasi-organisasi Internasional di Wina Austria, sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi ilmiah dan teknologi paling signifikan, yang relevan dengan Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Senjata Nuklir (Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty/ CTBT).
Pihaknya mengaku keputusan penghargaan ini telah diumumkan pada CTBT Science and Technology Conference 2021 merupakan sebuah acara global 2 tahunan yang diselenggarakan oleh Komite Persiapan Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organisation (CTBTO), di Wina.
“Sebuah kehormatan bagi Saya menyerahkan EU Star Award kepada tim peneliti BMKG Bali yang luar biasa. Penelitian mereka berkontribusi bagi pemantauan iklim serta memberikan kita gambaran mengenai kualitas udara perkotaan dan bagaimana kita dapat meningkatkannya melalui langkah-langkah efektif,” ujar Duta Besar Piket.
Lebih lanjut dikatakannya, hal ini juga menunjukkan betapa pentingnya sains dan penelitian dalam menentukan langkah untuk menjawab tantangan terkait isu kesehatan masyarakat, lingkungan hidup dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Pihaknya juga berharap agar riset yang telah dilakukan dapat memberikan kontribusi dalam menyusun langkah-langkah peningkatan kualitas udara di kawasan perkotaan demi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Menurutnya, Uni Eropa adalah persatuan ekonomi dan politik dari 27 negara anggota dengan jumlah penduduk sebanyak 470 juta. Secara bersama-sama, Uni Eropa telah membangun zona yang stabil, demokratis dan pembangunan yang berkelanjutan dengan tetap menjaga keragaman budaya, toleransi dan kebebasan individu.
Pada tahun 2012, Uni Eropa dianugerahi penghargaan Nobel perdamaian atas upayanya mencapai perdamaian, rekonsiliasi, demokrasi dan hak asasi manusia di Eropa. Uni Eropa adalah blok perdagangan terbesar di dunia, serta sumber dan tujuan investasi asing langsung terbesar di dunia. Secara kolektif, Uni Eropa dan Negara-negara anggotanya adalah donor terbesar Bantuan Pembangunan Resmi (ODA), yang menyediakan lebih dari setengah ODA secara global.
Adapun 27 negara anggota Uni Eropa dalam urutan protokol yakni, Belgia, Bulgaria, Republik Ceko, Denmark, Jerman, Estonia, Irlandia, Yunani, Spanyol, Perancis, Italia, Siprus, Latvia, Lituania, Luksemburg, Hongaria, Malta, Belanda, Austria, Polandia, Portugal, Romania, Slovenia, Slovakia, Finlandia dan Swedia.
“EU Star Award pertama kali diperkenalkan oleh Delegasi Uni Eropa di Wina pada tahun 2013. Saya sangat bangga melihat bagaimana EU Star Award telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan strategis CTBTO, Science and Technology Conference (SnT) yang mempertemukan para ilmuwan dan ahli dari seluruh dunia,” tuturnya.
Duta Besar Uni Eropa untuk Organisasi-organisasi Internasional di Wina Austria Stephan Klement menambahkan, kerja sama Uni Eropa dengan CTBTO merupakan contoh kolaborasi multilateral dalam memperkuat tatanan berbasis aturan internasional. Pihaknya yakin kegiatan terkait sains dan teknologi yang dilakukan baik dari Uni Eropa maupun dalam kerja sama yang lebih luas melibatkan komunitas ilmuwan. Hal ini sangat penting dalam upaya mencapai universalisasi CTBT dan meningkatkan system verifikasi, sejalan dengan tujuan Uni Eropa untuk mencapai non-proliferasi.
“Oleh karena itu, kami dengan senang hati mengumumkan tim peneliti dari BMKG Bali sebagai pemenang EU Star Award pada SnT Conference 2021,” imbuhnya.
Sementara Deputi Bidang Geofisika BMKG, Suko Prayitno Adi menjelaskan, Nyepi merupakan tradisi unik yang dikenal dunia dan kemudian menjadi perintis kampanye Earth Hour untuk meningkatkan kesadaran terhadap masalah perubahan iklim. Nyepi juga sebagai bentuk perayaan tahun baru yang dilaksanakan dengan cara yang unik. Satu pulau menghentikan aktivitas selama 24 jam dengan aturan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari Amati Geni (tidak menyalakan api dan lampu), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang). Namun, ada pengecualian untuk sektor-sektor tertentu yang diperbolehkan beraktivitas tanpa keluar ruangan.
Diantaranya, BMKG yang bekerja selama 24 jam dan 7 hari dalam seminggu, dalam pemantauan cuaca, iklim, dan gempa bumi memiliki Unit Pelaksana Teknis yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Terutama keberadaan 4 stasiun pengamatan sinoptik di Bali yang tetap bekerja saat Nyepi guna memantau variabilitas Nyepi dari tahun ke tahun. Sehingga tema inilah yang diangkat menjadi sebuah penelitian sederhana dari 4 peneliti BMKG di Bali pada acara ‘CTBT Science and Technology Conference’ 2021. Dimana hasil penelitian tersebut dapat diakses melalui tautan https://conferences.ctbto.org/event/7/contributions/803.
“Sebenarnya terdapat satu tulisan lagi yang membahas tentang Nyepi dari sudut pandang seismologi yang diajukan dalam kegiatan tersebut namun hanya satu yang berhasil lolos untuk dipresentasikan. Dari 700 riset yang mengikuti konferensi, terdapat 17 penelitian dari Indonesia dan 13 di antaranya merupakan riset dari BMKG, dan salah satunya berhasil meraih EU Star Award. Ini merupakan penghargaan EU Star Award yang pertama bagi Indonesia,” jelas Deputi Bidang Geofisika BMKG, Suko Prayitno.
Selain itu, Indonesia telah bekerja sama dengan CTBTO. Salah satu bentuk implementasi dari kerja sama itu adalah pemasangan 6 stasiun seismik Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty Organization (CTBTO) untuk dioperasikan oleh BMKG sejak 2002 silam.
“Indonesia merupakan salah satu negara anggota perjanjian non-proliferasi nuklir dan telah menandatangani ratifikasi pelarangan uji coba nuklir bawah tanah. Oleh karena itu, Indonesia berkomitmen untuk ikut melakukan pemantauan uji coba nuklir melalui sistem monitor seismik yang dioperasikan BMKG,” tandasnya. (030)