DENPASAR | patrolipost.com – Festival rakyat yang mengangkat potensi pariwisata di Desa Sanur Denpasar tahun ini akan berlangsung dengan tema ‘Dharmaning Gesing’ atau dapat diartikan secara harafiah sebagai hal dalam memuliakan atau kewajiban berbuat baik terhadap bambu. Event yang menyandang branding Sanur Village Festival (SVF) setiap harinya mampu mendatangkan ribuan wisatawan asing dari berbagai negara menikmati bermacam kegiatan mulai dari budaya, lingkungan, seni tari, musik, kuliner dan lainnya.
Ketua Yayasan Pembangunan Sanur (YPS), Ida Bagus Sidharta Putra, Senin (20/5) menyampaikan bahwa tanaman bambu menjadi bahasan kesadaran filosofi bambu di Bali. Bambu merupakan salah satu jenis tanaman yang paling banyak digunakan mayarakat Bali dalam kehidupan sehari-hari. Hampir di setiap upacara keagamaan, bambu pasti digunakan, baik daun maupun batangnya.
“Bambu juga menjadi salah satu unsur penting bangunan arsitektur adat Bali. Bagi masyarakat Bali, bambu memang memiliki filosofi kuat dan sangat mendalam,” terangnya yang akrab disapa Gusde ini.
Kata dia, sifat-sifat baik dan keunggulan bambu dibandingkan tanaman lainnya menjadi spirit dan semboyan hidup bagi masyarakat Bali. Bambu semasa kecil tumbuh tegak, namun saat tua akan merunduk. “Ini adalah lambang filosofi Hindu Bali yang selalu menjaga sopan santun. Disamping itu bambu juga memiliki sifat semakin lama semakin kuat, baik akar yang membentuk rumpun kesatuan maupun batangnya yang kuat,” tambahnya.
Gusde yang juga Ketua PHRI Denpasar ini mencontohkan, bambu yang dimanfaatkan dalam sunari. Benda yang terbuat dari buluh bambu yang dilubangi dan dapat mengeluarkan suara saat diterpa angin. Dalam keyakinan Hindu Bali, sunari merupakan simbol Dewa Brahma, dan pada lengkungannya terdapat kera yang merupakan simbol Maruti, yang berasal dari kata marut atau angin.
Lebih lanjut dia mengatakan, sunari yang bentuknya bambu utuh menjulang tinggi ini erat kaitannya dengan aktivitas dan budaya agraris. Sunari yang konon berarti sunar atau sinar memiliki makna sebagai penerang umat manusia dalam hidup dan kehidupan. “Konteks Sunari juga mendekatkan pada Sanur yang dulunya adalah wilayah agraris serta nama Sanur sendiri yaitu Saha Nuhur atau sinar suci yang dapat memberikan penerang bagi kehidupan,” kata Gusde.
Sanur Village Festival mengusung tema bambu bukan saja membicarakan mengenai bambu secara materi saja, juga melalui kesadaran dan falsafah hidup disamping memahami manfaat dan fungsinya, serta kelestariannya. Melalui tema Dharmaning Gesing Sanur Village Festival ingin mendekatkan kembali sebuah penghormatan pada unsur alam yang menjadi guru dan petunjuk bagi keselarasan hidup di muka bumi ini.
Sanur Villaga Festival yang ke-14 tahun ini akan berlangsung pada 21-25 Agustus 2019 mendatang bertempat di Pantai Matahari Terbit, Sanur. (yue)