SINGARAJA | patrolipost.com – Untuk membangun persepsi yang sama soal keamanan dan antisipasi terorisme menjelang Natal dan Tahun Baru 2020, Polda Bali melalui Polres Buleleng, menggelar Focus Group Discussion (FGD). Tak tanggung-tanggung, sejumlah tokoh masyarakat, tokoh lintas agama, ormas dan mahasiswa dari dua kabupaten, Buleleng dan Karangasem, diundang dalam acara yang digelar, Selasa (17/12).
Tercatat, Kompol Angga Dewantoro Bashari dari CTOC DEN 88, Drs Ida Bagus Ludra dari Kominfo Bali, FKUB Bali Haji Muhamad Taufik Ashadi menjadi narasumber dalam dikusi itu. Hadir juga jajaran Polres Buleleng dan Polres Karangasem, Kodim 1623 Karangasem dan Kodim 1609 Buleleng serta seluruh Kapolsek, Danramil dari jajaran Karangasem dan Buleleng.
Hanya saja sejumlah peserta mengaku kecewa dengan acara tersebut. Bahkan beberapa tokoh mengaku tidak puas dan menganggap acara itu tak efektif. Seperti disampaikan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Buleleng H Maksum Amin. Menurutnya, acara sepenting tidak tepat dilakukan dengan cara terbuka dan melibatkan banyak orang. Pasalnya, menurut Ketua Mustasyar Pengurus Cabang NU Buleleng ini, apa yang menjadi tujuan tidak tepat sasaran alias mubazir.
“Saya merespon positif acara (FGD) ini. Tapi apa yang menjadi tujuan sengat kecil tercapai, tidak menyentuh objeknya,” ujar Ustad Maksum usai acara.
Sebaikanya, menurut ustadz Maksum, volume kegiatan dipersempit dengan mengajak tokoh dan simpul masyarakat yang memiliki basis massa jelas. Sehingga hasil diskusi dapat ditransfer kepada massanya.
“Pembicaraan narasumber jangan dibatasi sehingga audiens secara utuh akan dapat menangkap pesan yang disampaikan terkait pemberantasan terorisme,” imbuhnya.
Dan yang terpenting, katanya, tidak ada diskriminasi antar umat beragama bahwa hanya satu agama yang dianggap menjadi sarang teroris dan kelompok radikal. “Agama bukan sarang teroris maupun sarang kelompok radikal. Pemahaman ini yang diluruskan agar tidak menyasar satu agama tertentu saja. Bahwa semua pemeluk agama bisa saja berpotensi menjadi teroris maupun bertindak radikal,” tegasnya.
Sementara itu, Kasubdit Bhabinkamtibmas Direktorat Binmas Polda Bali AKBP Dewa Nyoman Megawasa mengatakan, digelarnya FGD adalah untuk menjaga Harkamtibmas di Bali menjelang perayaan Nataru 2019/2020 dan menjaga kerukunan antar umat beragama. Menurutnya, potensi gangguan keamanan dalam perayaan Natal tetap ada, tetapi dari Direktorat Bimas Polda Bali tetap melakukan upaya preventif dengan mendekati tokoh-tokoh agama.
“Acara FGD ini melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, ormas, unsur pemerintah, TNI dan Polri. Dengan target kondusifitas harkambtibmas untuk antisipasi terorisme jelang Natal dan Tahun Baru 2020,” tutupnya. (625)