BORONG | patrolipost.com – DPRD bersama Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Timur (Matim) serta seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) menghadiri Sidang Paripurna berkaitan dengan Agenda Rancangan Persetujuan DPRD terhadap Dana Pinjaman Daerah di Kantor DPRD Matim, Senin (23/8/2021).
Dalam rapat tersebut Fraksi Golkar walkout dari ruangan sidang sebagai pernyataan sikap tidak sepakat dengan usulan eksekutif. Fraksi Golkar menolak karena dana pinjaman tersebut dialokasikan untuk jalan hotmix. Menurut mereka apabila Pemkab melakukan pinjaman dengan dana yang begitu besar setidaknya digunakan untuk jalan Lapen (lapisan penetrasi) saja.
Anggota DPRD Fraksi Golkar Vinsesius Reamur menjelaskan, dirinya walkout atas dasar dana pinjaman dialokasikan untuk hotmix. Apabila alokasi dana tersebut untuk pembangunan jalan lapen setidaknya jalannya lebih panjang serta tingkatkan pengawasan agar pembangunan lapen tersebut berkualitas.
“Kalau kerjanya ke hotmix berarti pengeluarannya Rp 2,5 miliar per kilometer akan tetapi kalau Lapisan Penetrasi (Lapen) pengeluarannya cuma Rp 750 juta/kilometer, semestinya hal ini yang harus kita pikirkan,” ucapnya.
Lebih lanjut, kata Ketua DPD Golkar tersebut, minimnya kualitas pembangunan infrastruktur jalan di Manggarai Timur disebabkan lemahnya pengawasan dari Pemerintah. Semestinya yang kita kedepankan saat ini adalah yang berkaitan dengan pengawasan.
“Coba kita amati kualitas pembangunan infrastruktur di Manggarai Timur saat ini bahwa belum sampai setahun sudah rusak parah. Hal ini disebabkan karena minimnya pengawasan dari pemerintah,” ungkap Vinsen.
Diketahui, dana pinjaman daerah digunakan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur jalan yang meliputi: Peningkatan jalan Benteng Jawa- Satar Teu senilai Rp 20 miliar, Peningkatan Jalan Dangka Mangkang- Watu Nggong Senilai Rp 40 miliar, Peningkatan jalan Sp Tangkul- Benteng Jawa senilai Rp 22 miliar, Peningkatan jalan Kembur- Watu Ngiung- Metuk senilai Rp 25 miliar, Peningkatan jalan Sok- Wae Care senilai Rp 13 miliar, Peningkatan jalan Paka-Nceang senílai Rp 10 miliar dan Optimalisasi AMB Rana Mese-Golo Nderu senilai Rp 20 miliar. (pp04)