Gas LPG 3 Kg Langka, Diduga Ada Praktik Pengoplosan di Perumahan Dosen Denpasar Utara

1 oplosan (1)
Aktifitas mobil pengangkut tabung gas LPG ukuran 3 Kg di sebuah di Jalan Tunggul Ametung VI Denpasar Utara. (ist)

DENPASAR | patrolipost.com – Di tengah kelangkaan gas bersubsi, justru terjadi pengoplosan gas. Hasil investigasi terbaru Bali Tribune (grup patrolipost.com), sebuah rumah di Perumahan Dosen di seputaran Jalan Tunggul Ametung VI Denpasar Utara diduga kuat menjadi tempat pengoplosan gas LPG bersubsidi dari tabung ukuran 3 Kg ke tabung ukuran 12 Kg.

“Terjadi bongar muat tabung gas LPG ukuran tiga kilogram dengan kendaraan yang sama. Datang bawa tabung gas dibongkar, nanti garasi ditutup rapat. Nah beberapa saat kemudian, tidak sampai sejam kemudian dimuat lagi dan begitu seterusnya,” ungkap seorang warga di Denpasar, Senin (3/6/2024).

Bacaan Lainnya

Dikatakan warga yang meminta agar namanya dirahasiakan itu, memang sangat aneh aktifitas di rumah itu. Pernah satu kali, warga di sekitar mendengar suara gas bocor dari luar rumah. Mereka sempat bertanya kepada penghuni rumah itu, apa bisnisnya namun selalu dijawab tidak tau. “Sangat aneh, orang dalam satu rumah gak tau bisnisnya apa. Padahal sering terjadi bongkar muat tabung gas. Tetapi mereka tidak pernah menawarkan jualan gas kepada kami warga sekitar sini. Memang terkadang ada pembeli yang datang ke depan untuk membeli gas tabung 12 Kg tetapi orang – orangnya yang itu saja. Jadi benar – benar aneh,” tuturnya.

Menariknya, warga di perumahan itu telah melaporkan kepada pihak Pertamina dan Kepolisian terkait aktifitas yang sangat mencurigakan di rumah itu. Namun hingga saat ini pihak Kepolisian belum pernah turun cek ke lokasi. Bahkan, pihak Kepolisian menyampaikan bahwa nanti Bhabinkamtibmas akan turun cek, tetapi tidak pernah muncul juga.

“Sebenarnya kita juga tidak kepo terhadap aktifitas orang, tetapi kalau benar mereka mengoplos gas seperti itu, selain merugikan negara, kalau meledak rumah warga sekitar sini pasti kena imbasmya. Itu yang kita kawatirkan,” kata warga tersebut.

Ia menyarankan kepada pemerintah, seharusnya dalam membuat program untuk masyarakat kurang mampu, tetap mempertimbangkan celah kejahatan yang bisa dimanfaatkan oleh oknum – oknum tertentu. Jangan sampai niat untuk masyarakat kurang mampu, justru dimanfaatkan segelintir oknum untuk memperkaya diri sehingga program itu hanya di atas kertas saja.

Menurutnya, seharusnya LPG subsidi dijual dengan harga yang lebih murah sedikit saja, dibandingkan dengan LPG yang tidak disubsidi sehingga kalau pun ada oknum yang berusaha memanfaatkan celah harga itu, mereka juga gak untung karena gap harganya tipis.

“Tapi kalau selisih harga per kg gas subsidi dan non subsidi sampai sepuluh ribu rupiah lebih per kilogram, ya jelas ini jadi lahan subur kejahatan pengoplosan LPG,” pungkasnya. (007)

Pos terkait