BANGLI | patrolipost.com – Masyarakat dua Desa Adat yakni Desa Adat Tiga dan Desa Adat Demulih Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli geger karena mendapati kuburan di setra digali orang tak dikenal. Pihak Kepolisian melakukan penyelidikan dan menyebut motifnya masih misteri.
Kasat Reskrim Polres Bangli AKP I Gusti Ngurah Jaya Winangun saat dikonfimasi, Kamis (22/5/2025) mengatakan petugas masih melakukan penyelidikan kasus ini. Petugas telah turun melakukan olah TKP dan juga telah memintai keterangan beberapa orang saksi.
Menurut AKP Jaya Winangun dari hasil koordinasi dengan pihak desa adat setempat tidak ditemukan ada barang atau jasad yang hilang.
”Tidak ada yang diambil, hanya digali atau dilobangi saja. Seperti di setra Demulih ditemukan 11 lubang,” kata perwira asal Karangsem ini.
Lanjut AKP Jaya Winangun untuk kasus di Demulih pertama kali diketahui oleh warga yang saat itu membuang sampah. Posisi antara tempat buang sampah dengan areal kuburan bayi tersebut sangat dekat hanya dipisahkan jurang.
“Melihat ada bekas galian di areal kuburan, warga tadi langsung menyampaikan ke warga lain dan selanjutnya diteruskan ke prajuru adat,” ungkap Jaya Winangun.
Begitu juga untuk kasus di Kuburan Desa Adat Tiga, pertama kali diketahui oleh warga yang saat itu melaksanakan upacara 12 harian salah satu keluarganya yang meninggal.
“Sejauh ini untuk motif masih teka-teki atau misterius. Ketika pelaku berhasil ditangkap baru terkuak motif di belakang kasus ini, petugas masih menyelidiki kasus ini dan mudah-mudahan bisa segera terungkap,” tegas AKP Jaya Winangun.
Bendesa Adat Demulih I Nengah Karsana saat dikonfirmasi mengatakan kuburan yang digali merupakan kuburan khusus anak-anak (bayi). Ada 1 jasad bayi yang dikubur.
”Tidak ada barang yang hilang, hanya ada galian di beberapa titik di areal kuburan,” jelasnya.
Kata tokoh masyarakat Demulih ini pasca kejadian telah dilakukan upacara pembersihan. Upacara dilaksanakan di Setra dan Catus Pata. Upacara di Setra meliputi ngaturan piuning sebelum dilakukan pembongkaran kuburan dengan sarana banten sorohan. Setelah proses pembongkaran selesai dilanjutkan melakukan upacara pecaruan dan ngaturang guru piduka. Sementara untuk di Catus Pata dilaksanakan upacara pecaruan panca warna.
”Tujuan dari dilaksanakan upacara ini adalah untuk mengembalikan kesucian jagat,” ujar Nengah Karsana.
Sebagai bentuk langkah antisipasi agar ke depannya tidak terjadi hal serupa, maka anggota pecalang melakukan ronda di areal kuburan. (750)