GAZA | patrolipost.com – Hamas membebaskan kelompok kedua warga Israel pada Sabtu (25/11/2023) seiring rencana gencatan senjata empat hari yang memungkinkan pertukaran 50 sandera dengan tahanan Palestina terus berlanjut di Jalur Gaza yang selama hampir 5 minggu dikepung.
Diberitakan reuters, sumber keamanan Mesir mengatakan mereka telah menerima nama 14 wanita dan anak-anak Israel dari Hamas dan menunggu rincian lebih lanjut mengenai kapan para sandera akan diserahkan kepada pihak berwenang Mesir.
Pejabat keamanan Israel sedang meninjau daftar tersebut, meskipun kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak mengkonfirmasi jumlah atau waktu pembebasan yang diperkirakan akan dilakukan.
Di antara mereka yang dibebaskan pada hari Jumat (23/11/2024) adalah Ohad Munder yang berusia sembilan tahun, yang berlari menyusuri koridor rumah sakit dan menemui ayahnya.
Direktur Pediatri, Gilat Livni, kepada wartawan menjelaskan, dia dan tiga anak lainnya yang dibebaskan pada saat yang sama berada dalam kondisi yang relatif baik.
“Mereka berbagi pengalaman, kami menemani mereka sampai larut malam dan itu menarik, menyedihkan dan mengharukan,” kata Livni.
Otoritas penjara Israel mengatakan mereka bersiap untuk membebaskan 42 tahanan Palestina pada hari Sabtu, sejalan dengan ketentuan perjanjian yang ditengahi Qatar yang disepakati pekan lalu.
Berdasarkan gencatan senjata, terobosan pertama dalam perang yang sudah berlqngsung tujuh minggu, 50 perempuan dan anak-anak yang ditahan oleh Hamas akan dibebaskan secara bertahap selama empat hari sebagai imbalan bagi 150 perempuan dan anak-anak Palestina yang termasuk di antara ribuan tahanan di penjara-penjara Israel.
Pejuang Hamas membebaskan total 24 sandera pada hari Jumat, 13 warga Israel, 10 pekerja pertanian Thailand dan seorang Filipina. Di sisi lain, Israel kemudian membebaskan 39 wanita dan remaja Palestina dari tahanan.
Keluarga sandera menyambut baik perkembangan tersebut namun kebahagiaan itu bercampur dengan keprihatinan terhadap mereka yang masih ditahan di Gaza.
“Saya senang menerima keluarga saya kembali,” kata Yoni Katz Asher, yang istrinya Doron dan anak-anaknya Raz dan Aviv dibebaskan pada hari Jumat.
“Tetapi saya tidak merayakannya, saya tidak akan merayakannya sampai sandera terakhir kembali ke rumah,” sambungnya.
Kedua belah pihak mengatakan permusuhan akan berlanjut segera setelah gencatan senjata berakhir, meskipun Presiden AS Joe Biden mengatakan ada peluang nyata untuk memperpanjang gencatan senjata.
Dia mengatakan jeda tersebut merupakan kesempatan penting untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan menolak berspekulasi mengenai berapa lama perang Israel-Hamas akan berlangsung.
Israel telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas setelah para pejuangnya membunuh 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang setelah mereka menerobos penghalang keamanan di sekitar Jalur Gaza dan mengamuk di komunitas Israel di sekitar daerah kantong yang diblokade.
Sejak itu, Israel telah menghujani bom di Gaza, menewaskan sekitar 14.000 orang, sekitar 40% di antaranya adalah anak-anak, kata otoritas kesehatan Palestina.
Ratusan ribu dari 2,3 juta penduduk Gaza telah meninggalkan rumah mereka, termasuk sebagian besar dari mereka yang berada di wilayah Utara. Gencatan senjata memungkinkan lebih banyak bantuan mulai mengalir masuk.
Menurut kantor kemanusiaan PBB Konvoi truk PBB mengirimkan bantuan kedua tempat penampungan bagi para pengungsi di Gaza Utara untuk pertama kalinya selama konflik berlangsung.
Empat truk bahan bakar dan empat lainnya membawa gas untuk memasak melewati penyeberangan Rafah ke Gaza pada Sabtu (25/11/2023) pagi. Warga Palestina, yang menderita kekurangan bahan bakar akibat blokade Israel di daerah kantong tersebut, harus mengantri panjang untuk mengisi tabung gas mereka. (pp04)