GIANYAR | patrolipost.com – Meski Kota Gianyar diguyur hujan, tidak menyurutkan minat masyarakat untuk menyaksikan pagelaran Gong Kebyar Anak-anak Duta Kabupaten Gianyar Vs Gong Kebyar Wanita Kabupaten Gianyar pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI tahun 2024 di Open Stage Balai Budaya Gianyar, (16/4) malam.
Terlihat, dengan ramainya penonton yang menyaksikan penampilan apik dari kedua sekaa. Pasang mata seakan dihipnotis dengan alunan merdu melodi gambelan Bali yang dimainkan.
Pagelaran malam itu, diawali dengan penampilan Gong Kebyar Wanita Paguyuban Seni Swarna Gianyar yang membawakan Tabuh Kreasi Sunari yang terinspirasi dari “Sunari”, bambu panjang dengan tujuh lubang yang bentuk segitiga, bulat, bulan sabit, tegak lurus, lesung, swastika dan lubang paling bawah berbentuk segi empat.
Keragaman bentuk lubang mampu menghasilkan suara yang indah menyentuh dan merangsang kebangkitan aktivitas ketujuh cakra pada manusia. Karya seniman I Ketut Cater serangkaian Festival Gong Kebyar Pesta Kesenian Bali Tahun 1995.
Dilanjutkan dengan penampilan Tari Kreasi Kanyaka Sura yang menggambarkan keelokan dan keanggunan para bidadari kahyangan, yang ikut membantu pasukan Dewa Indra pada saat menyerang Mayadanawa. Gerak tari yang rytmis dan indah memadukan dua karakter yaitu karakter laki dan perempuan, menjadikan tarian ini memiliki kekhasan dan jati diri sebagai sebuah tarian kreasi baru, ciptakan oleh Ibu Tjokorda Istri Putra Padmini dan I Wayan Darya, dalam parade gong kebyar duta Kabupaten Gianyar PKB Tahun 2000.
Ditutup dengan penampilan Tari Sandyagita Pangkah Pongah yang menggambarkan prilaku umat manusia saat ini yang cenderung terlepas dari jati diri ke-Bali-an umat Hindu Bali, yang menimbulkan kegamangan warga untuk menemukan sosok panutan yang mampu menata nafas kehidupan budaya yang kian terkikis yang disajikan dengan konsep berbeda, dengan memadukan gerak tari dan teatrikel musik nyanyian yang khas dengan nafas tradisi yang luluh lebur dalam nuansa pop kekinian, karya seniman I Wayan Darya.
Sementara itu, Gong Kebyar Anak-anak Sanggar Alit Sundari, Br. Buda Ireng, Desa Adat Batuyang, Batubulan Kangin membawakan garapan Tabuh Raga Cara
yang menggambarkan perjalanan pencarian diri yang mendalam, sekaligus penghormatan kepada mendiang I Made Subandi. Dalam setiap jalinan nada dan irama, tersirat refleksi mendalam tentang identitas, tujuan hidup, dan pencarian makna dari warisan bimbingan seorang guru. Melalui karya ini, terpancar persembahan hati yang dipenuhi dengan rasa terima kasih dan penghargaan yang mendalam kepada sosok yang telah memberikan Cahaya dan arahan dalam perjalanan menuju kedewasaan dan kematangan seni, karya seniman Putu Eman Sabudi Subandi.
Dilanjutkan dengan Tari Kelinci yang merupakan garapan karya dari almarhum Bapak Nyoman Cerita, S.ST.,M.A, yang diciptakan pada tahun 1987. Tarian ini menceritakan tentang kisah sekelompok kawanan kelinci yang sedang mencari makan dan bermain di sebuah taman, dengan gerakan yang lincah, energik serta mengandung unsur estetik untuk dipersembahkan pada malam hari ini.
Sebagai penampilan penutup, Sanggar Alit Sundari Batuyang menampilkan Tari Dolanan Pilah-Pilih yang menceritakan perkembangan teknologi digital bagai pisau bermata dua, disatu sisi bisa berdampak baik disatu sisi lagi bisa berdampak buruk. Sehingga kita harus pintar memilah dan memilih (pilah pilih) tontonan yang baik untuk anak sebab teknologi digital semua serba mudah diakses oleh anak-anak jaman sekarang, Jika kemudian anak-anak tanpa pengawasan orang tua maka disinilah akan berdampak kepada karakter anak itu sendiri yang kemudian meniru apa yang ditonton dan lebih cenderung bergaya dewasa dan modren, seperti cara berpakaian, cara bicara, berprilaku dan bahkan permainan yang kemudian tidak mencerminkan lagi ke kanak-kanakan.
Seniman I Komang Dedi Diana, S.Sn.,M.Si mengatakan garapan Tari Dolanan Pilah-Pilih terinspirasi dari kehidupan anak-anak dizaman sekarang yang sangat bebas mengakses media sosial.
“Media digital itu, bagaikan pisau bermata dua, kadang bisa membuat baik kadang membuat buruk. Ada dampak baik, ada dampak buruk. Artinya apabila tidak ada pengawasan dari orang tua maka prilaku dan karakter anak menjadi berbeda, dia akan menjadi dewasa karena tontonan yang mereka tonton” kata personal Group lawak “Celekontong Mas”.
Lanjunya, maka dari itu untuk menjauhkan dari dampak negative tersebut, maka anak-anak perlu diarahkan ke hal-hal yang bersifat seni, sebab seni dapat pengolahan rasa, untuk mengendalikan emosi.
“Emosi yang labil pada anak bisa kita olah, dan kita tempatkan untuk mereka bisa belajar sekaligus bisa mendapatkan pendidikan. Melalui tampilan dolanan ini, dapat memberikan kritikan kepada orang tua, bagaiman generasi muda kita ini betul-betul diawasi,” ungkapnya. (kominfo)