Gubernur Koster Ancam Cabut Izin Usaha Pelaku Wisata Jika Tidak Gunakan Aksara Bali

gubernur koster
Gubernur Bali Wayan Koster dalam pembukaan Rakerda III Asita di Nusa Dua. (maha)

MANGUPURA | patrolipost.com – Gubernur Bali Wayan Koster mengeluarkan peringatan tegas akan mencabut izin usaha hotel-hotel di Bali jika tidak mencantumkan Aksara Bali. Langkah ini sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2028 tentang pelindungan dan penggunaan aksara Bali, yang akan diterapkan secara ketat.

“Harus tertib menggunakan aksara Bali. Kalau ada hotel tidak menggunakan aksara Bali, maka izinnya kita cabut,” kata Gubernur Koster saat membuka Rakerda III Asita Bali 2025 dan Love Bali Table Top di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua, Kamis (27/2/2025).

Bacaan Lainnya

Tidak hanya aksara Bali, Koster juga menekankan kewajiban bagi hotel dan jasa akomodasi untuk mengenakan busana adat Bali setiap Kamis dan menggunakan produk lokal Bali. Bahkan, ia menyatakan siap bertindak tegas terhadap pelanggaran terkait penggunaan plastik sekali pakai.

“Kalau tidak tertib menggunakan busana adat setiap Kamis dan tak menggunakan produk lokal Bali, saya akan tindak tegas. Apalagi kalau tidak tertib menggunakan plastik sekali pakai. Saya akan tindak tegas dan tutup izinnya,” imbuhnya.

Selain itu, Gubernur Koster juga menegaskan bahwa pariwisata Bali harus tetap berbasis budaya dan tidak boleh terkontaminasi dengan bisnis yang bertentangan dengan nilai-nilai lokal.

Ia mengingatkan bahwa menjaga budaya Bali bukan sekadar pilihan, tetapi suatu keharusan demi keberlanjutan pariwisata dan ekonomi daerah.

Menurutnya, keunggulan Bali bukanlah pada bisnis hiburan semata, melainkan pada kekayaan adat, seni, dan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Bali tidak boleh meniru konsep wisata dari negara lain yang memasukkan unsur bisnis prostitusi atau kasino.

“Sekarang pariwisata di negara lain sudah lebih maju. Tapi apa yang diprogramkan di sana, jangan diprogramkan di sini. Tidak boleh ada bisnis prostitusi. Tidak boleh ada judi, kasino, pokoknya. Bali yang terlahir dengan budaya, jangan budayanya dirusak,” tegasnya.

Koster menjelaskan, setiap destinasi memiliki ciri khasnya sendiri. Jika negara lain memiliki wisata berbasis hiburan malam atau kasino, Bali tetap harus mempertahankan konsep pariwisata berbasis budaya.

“Beda bentuknya. Kalau mau kasino, ya di negara lain. Tapi kalau Bali, itu pariwisatanya budaya. Jangan rusak budaya! Kalau budaya rusak, semua akan rusak. Kita akan mengalami kesulitan, baik secara ekonomi maupun dalam menjaga masyarakat,” jelasnya.

Koster berharap semua pihak, termasuk pelaku pariwisata, dapat bersatu untuk menjaga kualitas pariwisata Bali yang berbasis budaya dan kearifan lokal. Ia menegaskan, pariwisata harus dijaga dan dirawat agar tidak merusak Bali, serta tertib dan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan.

“Jangan merusak Bali. Kita ingin bikin Bali ini bagus dengan pariwisata berkualitas. Ingat ini. Jadi, bapak-bapak ini jangan menjadi bagian merusak pariwisata, karena rezekinya ada di pariwisata. Mari kita rawat pariwisata ini dengan baik,” ujar Koster. (pp03)

Pos terkait