DENPASAR | patrolipost.com – Hand sanitizer abal-abal berisiko tidak efektif menangkal mikroba penyebab penyakit dan menimbulkan masalah di kulit. Hal tersebut disampaikan dokter spesialisasi kulit dan kelamin sekaligus pemilik klinik perawatan kulit DNI Skin Centre, Jumat (3/4/2020).
Penggunaan hand sanitizer sebagai salah satu senjata antisipasi dalam hadapi Covid-19, menjadikan produk antiseptik tersebut langka dan sulit ditemukan di apotek, toko obat, pusat perbelanjaan atau minimarket. Sehingga beragam cara alternatif dilakukan masyarakat untuk membuat hand sanitizer sendiri di rumah.
Selain itu, banyaknya beredar di toko-toko daring atau online para penjual antiseptik hand sanitizer yang abal-abal dengan tidak memiliki izin edar dari BPOM.
Dokter Spesialisasi Kulit dan Kelamin sekaligus pemilik klinik perawatan kulit DNI Skin Centre DR dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK (K), FINSDV, FAADV mengatakan, antiseptik hand sanitizer memiliki fungsi untuk menangkal mikroba, seperti kuman, bakteri, dan virus penyebab penyakit jika dibuat sesuai metode dan takaran yang tepat.
“Berdasarkan rekomendasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) kadar alkohol yang efektif untuk menangkal mikroba sebesar 60% sampai 95%,” kata Nyoman Darmaputra kepada patrolipost.com, Jumat (3/4/2020).
Dia memaparkan bahwa beberapa resep hand sanitizer yang beredar di internet, menyarankan untuk menggunakan alkohol sebanyak 2/3 gelas agar menghasilkan 66% kandungan bahan aktif antimikroba dalam produk akhirnya.
“Pada tahapan pengukuran ini, dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pengukuran apabila dilakukan oleh masyarakat awam. Apalagi gelas yang digunakan sebagai alat pengukur memiliki jenis dan ukuran yang berbeda-beda,” paparnya.
Selanjutnya, dr Darma menyebutkan penggunaan hand sanitizer yang tidak memiliki izin edar atau rekomendasi BPOM, berisiko menghilangkan fungsi dari hand sanitizer. Hand sanitizer yang seharusnya efektif dalam menangkal mikroba penyebab penyakit justru menjadi tidak efektif dan menimbulkan masalah di kulit.
“Jika metode pembuatannya hand sanitizer hanya menggunakan bahan yang alakadarnya dan tidak sesuai takarannya, ini justru berisiko terhadap kulit, bisa membuat kulit menjadi kering,” imbuhnya.
Oleh sebab itu dr Nyoman Darmaputra menyarankan pilihlah produk hand sanitizer yang dipasarkan melalui daring atau online maupun di pusat perbelanjaan yang memiliki izin produk. Diantaranya mempunyai nomor, registrasi BPOM khusus serta keterangan bacth dan tanggal kedaluwarsa.
“Untuk lebih jelasnya, kita bisa memasukkan nomor BPOM di kemasan ke website resminya,” jelasnya.
Selain itu, dalam memilih hand sanitizer wajib memerhatikan dan mempertimbangkan kandungan atau komposisi dari hand sanitizer tersebut.
“Pilih hand sanitizer secara teliti dari kemasan, merk, tempat produksi dan tentu yang kandungannya terdiri dari alkohol minimal 60% dan moisturizer,” tandas dokter Darma sekaligus Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bali.
Dokter Darma mengimbau agar masyarakat membeli antiseptik dari toko maupun penjual yang resmi dan memiliki registrasi BPOM, guna menghindari efek yang berisiko. (cr02)