DENPASAR | patrolipost.com – Seperti tren di kota-kota Pulau Jawa dan Sumatera, kasus Covid-19 juga melonjak drastis di Pulau Bali sejak minggu keempat Juni 2021. Situasi ini memunculkan kegamangan serta kekhawatiran bakal ditundanya open border (perbatasan terbuka) pariwisata Bali. Artinya, masyarakat Bali harus bersabar lagi sampai waktu yang tidak bisa diprediksi kapan pariwisata akan pulih.
Harapan dibukanya kembali pariwisata Bali dihembuskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika menghadiri vaksinasi massal di Puri Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali 16 Maret 2021 lalu. Menurut Jokowi, pariwisata Bali bisa dibuka kembali asal dilakukan langkah-langkah yang tepat dalam mengendalikan Covid-19. Disarankan untuk membuat kawasan percontohan wisata zona hijau yang bisa dikunjungi wisatawan secara bertahap.
Kawasan itu kemudian ditetapkan masing-masing Sanur (Kota Denpasar), Ubud (Kabupaten Gianyar) dan Nusadua (Kabupaten Badung) atau disebut SUN. Sebagai kawasan percontohan, Sanur, Ubud dan Nusadua (SUN) harus zero kasus Covid-19. Maka pelaksanaan vaksinasi di tiga kawasan ini dikebut dari awal April sampai Juni agar seluruh warga sudah tervaksin dosis I dan II. Target itu pun terpenuhi. Bahkan kelurahan di sekitarnya juga mendapat prioritas vaksinasi karena sebagai wilayah penyanggah.
Di luar 3 zona hijau (green zone) itu, secara umum cakupan vaksinasi di Provinsi Bali merupakan yang tertinggi di Indonesia. Sampai 23 Juni 2021 menurut Gubernur Bali Wayan Koster, Bali sudah menerima 4 juta dosis vaksin Covid-19. Per tanggal 25 Juni 2021, jumlah warga yang divaksinasi dosis pertama di Bali sudah mencapai sebanyak 2.080.700 orang.
“Jumlah ini sekitar 69 persen dari total target sebanyak 3 juta warga Bali untuk bisa memenuhi 70 persen untuk membentuk herd immunity dari populasi penduduk Bali,” kata Wayan Koster ketika meninjau kegiatan Serbuan Vaksinasi yang diadakan TNI-Polri di parkir timur Lapangan Niti Mandala, Renon dan di Desa Budaya Kertalangu, Kesiman, Denpasar, Sabtu 26 Juni 2021.
Sementara untuk vaksinasi dosis kedua sudah mencapai 700 ribu lebih atau sekitar 24 persen. Sedangkan untuk sisa vaksin yang tersedia saat ini di Bali, jumlahnya masih 800 ribu dosis. Sehingga ditargetkan pada akhir Juli 70 persen penduduk Bali sudah menerima vaksin Covid-19 dosis I dan II.
Dikatakan Koster, terkait percepatan vaksinasi krama (warga) Bali yaitu target jumlah penduduk yang divaksinasi sebanyak 3 juta orang (70% dari 4,3 juta orang penduduk Bali) agar terbentuk kekebalan kelompok masyarakat (Herd Immunity). Sampai tanggal 23 Juni 2021, jumlah penduduk yang sudah divaksinasi dosis pertama sebanyak 2.018.155 orang (67,36%) dan jumlah penduduk yang sudah divaksinasi suntik dosis kedua sebanyak 725.824 orang (24,23%).
“Pencapaian vaksinasi ini merupakan tertinggi di Indonesia. Percepatan vaksinasi dengan target pada tingkat provinsi minimum sebanyak 50.000 orang per hari, atau pada tingkat kabupaten/kota sebanyak 5.000 sampai 8.000 orang per hari,” sebutnya.
Disampaikan Koster, atas koordinasi dan komunikasi secara intensif melalui Menteri Kesehatan, sampai tanggal 22 Juni 2021 Bali telah memperoleh vaksin sebanyak 3.914.720 dosis atau sekitar 65,24% dari 6 juta dosis vaksin yang diperlukan. Ini merupakan jumlah alokasi vaksin tertinggi di Indonesia.
Selain janji Jokowi, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatis (Menparekraf) Sandiaga Salahudin Uno juga meniupkan angin segar bahwa pemerintah akan open border pariwisata Bali akhir Juli 2021. Memang sejak awal tidak ada penyebutan bulan Juli 2021, namun seluruh komponen pariwisata Bali sepertinya sudah terhipnotis dan memendam harapan pemulihan pariwisata Bali dimulai akhir Juli 2021.
Teranyar Menparekraf Sandiaga Uno menyatakan, rencana open border pariwisata Bali akan dilakukan di awal kuartal III 2021. Menurutnya, pembukaan wisatawan asing sambil melihat data penanganan Covid-19 terkendali.
“Kita memasuki tahap akhir uji coba pembukaan kembali pariwisata Bali. Harapannya sesuai arahan Presiden Jokowi pembukaan Bali bisa dilakukan di awal atau pertengahan kuartal III 2021,” kata Sandiaga saat dialog dengan Sonora FM, Kamis (17/6/2021).
Menurut Sandiaga pembukaan wisatawan asing akan dilakukan dalam skema Travel Corridor Arrangement (TCA) yang saat ini sedang difinalisasi di Kementerian Luar Negeri. Kemenparekraf menghormati prosesnya. Yang pasti tahapan pertama nantinya adalah pilot project yang dilanjutkan dengan evaluasi secara rutin apakah berjalan dengan baik atau tidak.
Selain itu Menparekraf juga menyampaikan agar semakin banyak pihak yang mendukung program Work From Bali (WFB) sebagai salah satu upaya membangkitkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Kebijakan ini dimulai dengan ASN kementerian/lembaga, namun pihak swasta juga diarahkan untuk harus melakukan kegiatan atau pertemuan di daerah termasuk Bali dengan penerapan Protokol Kesehatan yang ketat dan disiplin,” katanya.
Naik Drastis
Semua rencana yang sudah disiapkan pemerintah pusat serta diikuti Pemprov Bali untuk open border buyar setelah melonjaknya kasus Covid-19 di Tanah Air. Kasus baru harian sejak 23 Juni bahkan melampaui kasus tertinggi harian selama pandemi. Jika sebelumnya di kisaran belasan ribu, melonjak sampai di atas 20 ribu kasus per hari.
Di Pulau Dewata pun angka kasus Covid-19 melonjak tajam. Sejak 14 Mei sampai 18 Juni 2021, penambahan kasus baru Covid-19 sudah stabil pada angka dua digit, bahkan di bawah 50 kasus per hari. Tingkat kesembuhan sudah sempat mencapai angka 96%, tingkat kematian terus menurun di bawah 5 orang perhari, dan kasus aktif terus menurun sampai mencapai angka di bawah 400 orang (di bawah 1%).
Namun sejak 19 sampai 23 Juni 2021 terjadi peningkatan kasus baru, yaitu tanggal 19 Juni 2021 terdapat 155 kasus baru, tanggal 20 Juni 2021 terdapat 106 kasus baru, tanggal 21 Juni 2021 terdapat 91 kasus baru, tanggal 22 Juni 2021 terdapat 127 kasus baru, dan tanggal 23 Juni 2021 terdapat 187 kasus baru. Secara akumulatif, jumlah kasus aktif meningkat mencapai 919 orang (1,89%).
Update per Sabtu (26/6/2021) kasus harian positif Covid-19 di Provinsi Bali mencapai angka 246 orang (201 orang melalui transmisi lokal dan 43 PPDN dan 2 PPLN). Sementara pasien sembuh sebanyak 90 orang, dan 3 pasien meninggal dunia.
Dengan penambahan kasus baru hari ini, maka total 49.372 orang warga Bali terpapar Corona. Sedangkan kumulatif pasien sembuh sebanyak 46.512 orang (94,21%), dan pasien meninggal dunia 1.550 orang (3,14%). Adapun kasus aktif per hari itu menjadi 1.310 orang (2,65%), yang tersebar dalam perawatan di 17 RS rujukan, dan dikarantina di Bapelkesmas, UPT Nyitdah, Wisma Bima dan BPK Pering.
Langkah Berani
Melihat angka-angka ini sungguh meruntuhkan optimisme masyarakat Bali yang sudah terlanjur membuncah bakal dibukanya pariwisata Bali. Harapan turis asing memadati hotel, objek wisata, pusat oleh-oleh, lokasi hiburan malam di Pulau Bali pupus begitu saja. Di sisi lain kedatangan wisatawan domestik (wisdom) masih kecrat-kecrit karena ketatnya aturan terkait Perberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Skala Mikro serta Surat Edaran Satgas Covid-19 Nasional.
Bahkan Gubernur Bali kembali mengeluarkan Surat Edaran (SE) No 08 Tahun 2021 per tanggal 28 Juni 2021 tentang perpanjangan PPKM Skala Mikro. Intinya SE ini dikeluarkan menyusul lonjakan angka harian Covid-19 secara nasional sehingga Pemprov Bali perlu memberlakukan aturan yang lebih ketat untuk masuk ke Bali.
Wisatawan domestik semakin diperketat masuk Bali, sementara open border belum tentu dilakukan akhir Juli, maka pertanyaan yang mengemuka kemudian adalah berapa lama lagi pelaku pariwisata harus menunggu. Sementara tidak ada yang bisa menjamin kapan pandemi ini akan berakhir. Jika tidak ada kepastian, lantas tidak adakah yang bisa dilakukan?
Sementara kondisi ekonomi masyarakat Bali semakin sulit. Pengangguran bertambah seiring dengan PHK besar-besaran di semua sektor kepariwisataan akibat sepinya tamu yang datang. Bahkan PHRI Badung mencatat sedikitnya 50-an akomodasi restoran dan hotel di Kabupaten Badung sudah dijual pemiliknya akibat dampak pandemi. Mereka tidak sanggup menanggung biaya operasional karena selama setahun lebih okupansi hanya di kisaran 10 persen.
Memang, pihak yang paling khawatir sekaligus terpukul oleh situasi ketidakpastian ini adalah pelaku yang terkait langsung dengan aktivitas pariwisata. Hal itu antara lain disuarakan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asita (Asosiasi Travel Indonesia), Asosiasi General Manajer Indonesia atau IHGMA, Kadin serta asosiasi dan organisasi lain yang mewadahi pelaku pariwisata.
Sikap berani pemerintah—khususnya Pemprov Bali—sangat dinantikan pelaku pariwisata dalam situasi sulit ini. Sikap yang berdampak tumbuhnya optimisme, semangat bakal adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Pemprov Bali harus berani bersikap, mengambil langkah berani memulihkan kesehatan masyarakat seraya membangkitkan ekonomi.
Maka yang bisa dilakukan Pemprov Bali adalah memperlonggar PPKM (perpanjang jam operasi pasar, swalayan, restoran, café), mempercepat capaian vaksinasi, membuka objek wisata di setiap kabupaten/kota dengan tetap mengawasi penerapan Protokol Kesehatan (Prokes). Salain itu harus ada gerakan nyata dan kongkret mendorong pertumbuhan sektor lain untuk mengurangi ketergantungan kepada sektor pariwisata.
Harus diakui, saat ini bukannya optimisme yang tumbuh, melainkan pesimisme yang berkecambah bahwa open border atau tidak sama saja: tidak berpengaruh apa-apa terhadap kepariwisataan Bali. Pertumbuhan ekonomi Bali tetap nyungsep, pengangguran membengkak seiring mengecilkan peluang kerja, daya beli masyarakat turun, angka kriminal naik, khususnya narkoba serta dampak negatif lainnya. (izarman)