MANGUPURA | patrolipost.com – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali resmi ditutup dan telah memuat 52 paragraf dengan 4 paragraf G20 Bali Leaders Declaration atau Deklarasi Para Pemimpin G20 Bali mengenai transformasi digital, Rabu (16/11/2022) lalu. G20 Bali Leaders Declaration ini menuai beragam tanggapan dan harapan-harapan dari masyarakat, salah satunya poin ke-25 dengan deklarasi berbunyi mendorong kolaborasi internasional untuk lebih mengembangkan keterampilan digital dan literasi digital, terutama bagi perempuan, anak perempuan, dan orang-orang dalam situasi rentan.
Mahasiswi Institut Teknologi Bandung (ITB) I Dewa Ayu Adina Angelia mengatakan bangga Indonesia sukses menjadi tuan rumah KTT G20 tahun ini. Terlebih menghasilkan Deklarasi Bali yang memberikan ruang kepada kaum muda dalam pengembangan trasnformasi digital demi percepatan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
“Saya senang transformasi digital menjadi poin penting dalam pembicaraan konferensi ini. Paragraf 25 misalnya berisi mendorong kolaborasi internasional untuk lebih mengembangkan keterampilan digital dan literasi digital, terutama bagi perempuan, anak perempuan, dan orang-orang dalam situasi rentan. Saya berharap pemerintah dapat mewujudkan pentingnya inklusi digital,” kata Dewa Ayu Adina.
Menurutnya, inklusivitas ini mencakup berbagai aspek fasilitas digital yang lebih terjamin, terutama pada daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Dengan peningkatan fasilitas ini, semua orang bisa mendapat pengetahun serta informasi secara lebih komprehensif dan mudah.
Sehingga pihaknya berharap transformasi digital ini dapat merata ke seluruh pelosok Indonesia. Terutama percepatan di bidang teknologi informasi ini mampu juga dirasakan merata oleh kaum muda dan dapat makin pintar dan maju serta melek tekologi.
Lebih lanjut, pihaknya mengimbau agar kaum muda lebih berhati-hati menyikapi transformasi digital ini. Baginya, bagaimana pun kecanggihan teknologi dapat menjadi bumerang bagi penggunanya.
“Maka, peningkatan fasilitas ini harus dibarengi dengan peningkatan pemberian wawasan dan literasi digital, termasuk mengatisipasi tantangan bajir hoaks,” jelasnya.
Inklusi digitalisasi merupakan hal yang penting karena tanpa informasi yang lengkap, terpercaya, kaum generasi muda saat ini akan sulit menciptakan koneksi yang luas untuk bisa melangkah lebih jauh, termasuk untuk terjun ke dunia bisnis digital sampai informasi peluang kerja.
Senada dengan Dewa Ayu Adina, Peserta Global Youth Conference (GYC) Satria Prima mengemukakan transformasi, digital sangat penting dalam meningkatkan kesadaran kaum muda dalam berorganisasi.
Satria menceritakan keterlibatannya sebagai peserta GYC ini pun tidak terlepas dari peran transformasi digital.
“Dalam organisasi inilah saya mendapatkan kesempatan untuk melihat permasalahan-permasalahan dalam bidang SDGs yang awalnya tidak saya ketahui, sekarang menjadi lebih tahu,” tuturnya.
Untuk itu, Satria berharap KTT G20 ke depan dapat melibatkan lebih banyak lagi kaum muda dalam berbagai kegiatan, baik pendidikan, kesehatan maupun dalam berbagai isu lainnya.
Sementara Guru Sekolah Dasar di Denpasar Ni Putu Yeny Trisnadewi menerangkan pihaknya sangat bangga dengan Indonesia di penyelenggaraan KTT G20 Bali ini. Dia berharap deklarasi yang dihasilkan di bidang transformasi digital ini mampu dikawal untuk pendidikan menjadi lebih baik ke depannya. Mengingat pendidikan adalah salah satu aspek penting bagi generasi penerus.
“Ya, negara bisa makin memperhatikan dunia pendidikan. Anggaran diperhatikan untuk pendidikan yang melek teknologi, guru-guru pun dilatih agar melek digital sehingga menularkan ke anak-anak didiknya,” kata Yeny.
Menurut pakar komunikasi Universitas Udayana Bali Ras Amanda, digitalisasi mampu menciptakan kebersamaan. Hanya saja, pihaknya berharap poin transformas digital yang tercantum di dalam Deklarasi G20 tersebut harus tetap komitmen diimbangi dengan pemerataan pengetahuan tentang digital bagi semua orang.
Amanda menambahkan perlu ada pendampingan yang dilakukan secara merata agar digitalisasi ini bisa menyentuh semua orang. Sehingga akselerasi pemerataan mengenai literasi digital menjadi pekerjaan rumah atau tantangan.
“Tugas negara ke depan adalah memberi pendidikan tentang dunia digital yang merata. Pemerataan kepada semua orang, khususnya kepada kamu muda dan perempuan, ini penting dan memastikan betul-betul melek teknologi hingga nanti merasakan manfaat digitalisasi ini. Kesenjangan digital harus diminimalkan juga,” tandasnya. (030)