BORONG | patrolipost.com – Masyarakat Manggarai Timur akhir-akhir ini mengeluh karena kenaikan harga beras yang kian mahal. Masyarakat cemas karena panen hasil bumi masih jauh. Kebutuhan makanan yang tidak bisa ditunda membuat masyarakat merasa panik.
Bernard Palur, warga Golo Wune, Lambaleda Selatan, Manggarai Timur mengatakan, kecemasan terkait harga beras yang mahal bisa diatasi dengan mulai mengonsumsi bahan makanan pengganti.
“Tren makan nasi baru beberapa tahun belakangan. Sebelumnya masyarakat bisa hidup dengan makanan selain nasi. Tetap sih makan nasi, tapi diselingi dengan bahan makanan lain,” jelas Bernard.
Bernard menjelaskan, makanan yang bisa dijadikan bahan pengganti nasi bisa jagung, talas, singkong dan pisang.
“Ketiga bahan ini bisa diramu menjadi bahan makanan yang enak. Jagung, keladi, ubi serta singkong bisa direbus satu kali. Setelah matang, tambahkan sayuran hijau lalu garam dan penyedap rasa. Bisa juga pakai bumbu tambahan agar semakin enak,” ungkapnya.
Makanan tersebut, kata Bernard, disebut ‘Kedot’ atau ‘Kut’. Makanan ini pernah tren pada masanya sebelum para warga berfokus pada nasi sebagai makanan utama.
Selain Kedot/Kut, Seorang warga lain, Daniel Dahas menuturkan, jenis makanan lain yang bisa jadi pengganti nasi adalah olahan jagung yang disebut ‘Sombu’. Sombu merupakan olahan jagung tumbuk yang dimasak pakai periuk dari tanah liat serta ruas bambu sebagai cetakannya.
“Saat hendak disajikan, Sombu dipotong pakai helai ijuk. Mirip makan kue dengan cita rasa yang khas,” jelasnya.
Makanan pengganti nasi selalu tersedia untuk menyiasati harga beras yang mahal. Hanya saja pola pikir masyarakat sekarang tidak bisa diubah sesuai perkembangan dari waktu ke waktu. Seseorang dibilang belum makan jika belum makan nasi meski baru saja makan singkong. (pp04)