MANGUPURA | patrolipost.com – Beberapa tantangan seperti El Nino yang berdampak pada produksi pangan, kondisi geopolitik memengaruhi arus distribusi dan perdagangan pangan antarnegara, dan disparitas harga pangan antarwilayah menyebabkan lonjakan harga beras yang cukup tinggi.
Pengendalian inflasi merupakan tantangan bagi semua negara di dunia termasuk Indonesia. Inflasi nasional pada bulan Agustus 2023 sebesar 3,27% (y-on-y) relatif lebih baik dari negara-negara lain.
Untuk itu, dalam mengantisipasi tantangan dan menjaga kestabilan pangan, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) melakukan penguatan kolaborasi multipihak.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyebut, berbagai langkah stabilisasi pasokan dan harga pangan telah dilakukan antara lain mengadakan Gerakan Pangan Murah, penyaluran beras SPHP dan penyaluran cadangan beras pemerintah untuk bantuan pangan, dan fasilitasi distribusi pangan.
“Serangkaian langkah aksi ini selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo agar betul-betul serius dalam mengantisipasi gangguan pasokan dan harga pangan,” kata Arief Prasetyo Adi dalam acara SPHP Award di Intercontinental Bali Resort Jimbaran, Jumat (15/9/2023) malam.
Saat ini harga beras di pasaran mencapai Rp 12.500 hingga Rp 13.000. Merespon kenaikan harga beras di pasaran, Badan Pangan Nasional bersama Bulog menggelontorkan beras sebanyak 640 ribu ton bantuan pangan senilai Rp 8 triliun selama tiga bulan ke depan.
“Untuk tahap awal ini kita guyur beras medium SPHP di Pasar Induk Cipinang, ini mencapai 4.500 ton,” jelasnya.
Arief menjelaskan, guyuran beras medium SPHP yang dimulai pekan ini menunjukkan perkembangan dengan tren harga beras yang mulai menurun. Di Jakarta harga beras dilepas seharga Rp 10.900 sampai di konsumen.
Berdasarkan Panel Harga Pangan per 15 September 2023, harga rata-rata beras medium secara nasional mengalami penurunan 0.08%. Pada hari yang sama Info Pangan Jakarta mencatat harga rata-rata beras medium di Jakarta mengalami penurunan 1,1%.
“Hal ini kita apresiasi kepada semua stakeholder dan tentunya kita berharap bahwa tren harga beras di tingkat konsumen ini menuju tingkat kewajaran, namun memang kita juga akan melihat keseimbangan harga di tiga lini juga tetap terjaga yaitu di produsen, pedagang, dan konsumen,” kata Arief.
Tantangan ke depan kata Arief adalah menjaga inflasi sampai dengan akhir 2023 dan menjelang peak season di momen Pemilu dan Idul Fitri tahun 2024.
“Tantangan fenomena El-nino juga harus kita antisipasi dan mitigasi bersama,” ucapnya.
Sementara itu, Asisten II Setda Provinsi Bali I Wayan Serinah mendukung gerakan SPHP terus diupayakan dalam rangka menahan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat.
“Permasalahan pangan ini adalah permasalahan kita semua, antara lain terkait stok, distribusi dan juga fluktuasi harga. Tapi segala upaya pasti terus dilakukan, dan semoga melalui SPHP ini kita terus bersinergi dan memberikan dampak yang baik terhadap stabilitas pangan,” ujarnya.
Dalam SPHP Award terdapat 12 kategori penerima award terbaik yakni, Enumerator Produsen Terbaik, Enumerator Konsumen Terbaik, PJ Panel Provinsi Terbaik, GPM Provinsi Terbaik, GPM Kabupaten/Kota Terbaik, FDP Provinsi Terbaik, Pelaku Komoditas Terbaik untuk Beras, Cabai, Bawang Merah, Jagung, Daging Ayam Ras, Telur Ayam Ras, Minyak Goreng.
Dukungan BUMD pada Kegiatan SPHP Terbaik, Koperasi/Poktan/Gapoktan Terbaik, Institusi Pengawasan Kegiatan SPHP Terbaik, Provinsi Pelaksana SPHP Terbaik, dan Kabupaten/Kota Inflasi Terendah. (pp03)