BORONG | patrolipost.com – Dinamika harga komoditas pertanian merupakan ujian yang sulit bagi petani. Perubahan harga pada musim panen selalu terjadi, bisa saja harga naik secara signifikan, sering pula harga turun drastis.
Bagi para petani yang tidak berpikir panjang, saat harga turun maka pilihannya adalah segera beralih ke tanaman jenis lain yang tren harganya sedang membaik. Hal itu sama dengan perihal harga cengkeh yang dulunya belum sebagus sekarang.
Salah satu petani di Manggarai Timur, MR (60) kepada patrolipost.com, Selasa (9/6/2024) mengaku menyesal telah menebang beberapa pohon cengkeh miliknya belasan tahun silam lantaran harga cengkeh sangat murah per kilonya pada saat itu.
“Menyesal selalu datang kemudian. Saya seperti itu sekarang saat menyaksikan hasil panen cengkeh sesama petani yang cukup melimpah dan ditopang oleh harga yang cukup mahal,” ungkap MR.
Menurut MR, dulu dia nekat menebang pohon cengkeh di kebunnya lantaran kehilangan harapan dengan masa depan harga cengkeh. Menurut pemikirannya saat itu, harga cengkeh akan tetap dan terus merayap turun.
“Harga cengkeh per kilogramnya pernah berkisar Rp. 2.500. Saat itulah saya memutuskan untuk menebang pohon cengkeh milik saya dan memperbanyak menanam kopi,” imbuhnya.
Namun, segera setahun pohon cengkehnya tumbang ditebang, harga buah cengkeh pun mulai membaik dan harganya langsung naik beberapa kali lipat.
“Meski setelah harga cengkeh naik saya menanam lagi, namun tentu saja saya harus menunggu bertahun-tahun sampai pohon cengkeh mulai berbuah. Apalagi hasil buah cengkeh tentu saja tidak langsung banyak,” paparnya.
Menurut pantauan patrolipost.com dari tahun ke tahun, kopi dan cengkeh bergantian menopang ekonomi petani di Manggarai Timur. Saat produksi kopi menurun, bisa jadi buah cengkeh melimpah dan sebaliknya. Kadang-kadang pada tahun tertentu, kedua komoditas favorit petani Manggarai Timur yang tinggal di pegunungan akan serempak berbuah lebat.
Oleh karena itu, baik cengkeh maupun kopi ataupun tanaman perdagangan lainnya selalu dipertahankan dan diperbanyak meski harganya dalam kondisi merosot. (pp04)