BANGLI | patrolipost.com – Meningkatnya harga kedelai impor cukup memberatkan para perajin tahu di Kabupaten Bangli. Menyiasati naiknya harga kedelai ditempuh dengan cara memperkecil ukuran tahu.
Salah seorang perajin tahu, Ibu Muslika mengatakan naiknya harga kedelai impor sudah berlangsung sejak bulan Desember kemarin. Harga kedelai yang awalnya Rp 9 ribu per kilo terus merangkak naik hingga kini menyentuh harga Rp 11.500 sampai Rp 12 ribu per kilo.
”Kami masih tetap berproduksi setiap hari, namun untuk bisa bertahan disiasati dengan perkecil ukuran tahu,” ujarnya, Jumat (25/2/2022).
Pihaknya tidak mungkin menaikkan harga tahu, apalagi melihat kondisi ekonomi masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Kata Ibu Muslika selain memperkecil ukuran tahu, naiknya harga kedelai pihaknya juga mengurangi produksi. Dengan harga normal biasanya menghabiskan kedelai sampai 300 kilogram sedangkan saat ini hanya 200 kilogram saja.
”Terpaksa produksi kami kurangi, kalau dipaksakan nanti takut rugi lebih banyak lagi,” kata ibu yang telah menggeluti usaha tahu sejak tahun 1987 ini.
Lanjut Ibu Muslika untuk produksi tahu dijual ke beberapa pasar di Kabupaten Bangli, seperti Pasar Kidul Bangli, Pasar Kayuambua Susut dan Pasar Singamandawa, Kintamani serta pasar Desa Pengotan Bangli.
”Hasil produksi tahu untuk memenuhi kebutuhan pasar di Bangli saja, dan belum merambah hingga keluar daerah,” jelas ibu yang tinggal di Banjar Uma Anyar, Desa Tamanbali, Kecamatan Bangli ini.
Sedangkan untuk harga tahu bervariasi yakni ukuran kecil Rp 5 ribu per bungkus isian 14 potong tahu. Sedangkan untuk ukuran besar Rp 10 ribu isian 14 potong tahu. ”Selain dijual secara eceran kami juga serahkan ke para pedagang,” sebutnya.
Pihaknya berharap pemerintah melakukan langkah yang bisa menekan harga kedelai.
”Kami berharap pemerintah melakukan evaluasi terhadap harga kedelai impor, apalagi informasi yang berkembang harga kedelai impor akan terus merangkak naik,” ujarnya. (750)